Pecah Rekor! Juli Ini Jadi Bulan Terpanas Dalam 120.000 Tahun

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pecah Rekor! Juli Ini Jadi Bulan Terpanas Dalam 120.000 Tahun

bonauli - detikTravel
Jumat, 28 Jul 2023 13:40 WIB
A person wearing sun protection face mask amid a heatwave walks on a street in Beijing, China July 1, 2023. REUTERS/Tingshu Wang
Gelombang panas di China (REUTERS/TINGSHU WANG)
Jakarta -

Gelombang panas kembali dirasakan oleh tiga benua di dunia. Terik matahari terasa sangat menyengat hingga pecahkan rekor!

Dilansir dari CNN, para ilmuwan dunia dari dua otoritas iklim global melaporkan bahwa bulan Juli ini akan jadi rekor terpanas di planet ini. Panas bulan Juli dirasa sangat ekstrem hingga dilaporkan mampu membuat seseorang sekarat.

"Kita baru saja menjalani periode tiga minggu terpanas dalam catatan sejarah dan hampir pasti dalam lebih dari seratus ribu tahun," ujar Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa dan Organisasi Meteorologi Dunia dalam sebuah laporan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya rekor ini akan melacak suhu udara rata-rata di seluruh dunia dalam seperseratus derajat. Tetapi suhu selama 23 haru pertama di bulan Juli rata-rata 16,95 derajat celcius, jauh di atas rekor sebelumnya yaitu 16,63 derajat celcius, yang ditetapkan pada Juli 2019.

Data yang digunakan terhitung mulai tahun 1940, banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa suhu ini adalah yang terhangat yang pernah dilihat dalam 120.00 tahun..

ADVERTISEMENT

"Ini adalah suhu terpanas dalam sejarah manusia," kata Samantha Burgess, wakil direktur di Copernicus.

Panas ekstrem ini juga berdampak pada belahan bumi utara, yang mana berpotensi menjadi musim panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meski begitu, peneliti beranggapan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan hal itu.

Di beberapa negara bagian AS, suhu udara mencapai 50 derajat celcius. Kematian terkait gelombang panas ini meningkat, banyak warga yang menderita luka bakar karena jatuh di tanah yang panas.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa perubahan iklim memainkan peran yang sangat luar biasa dalam gelombang panas di AS, China dan Eropa selatan di musim panas ini.

Bulan lalu, Juni jadi yang terpanas dalam catatan dengan margin subbstansial. Kemudian rekor kembali pecah di bulan Juli karena adanya kenaikan suhu rata-rata menjadi 17,08 derajat celcius, menurut dara Copernicus.

"Setiap hari sejak 3 Juli jadi lebih panas dari rekor 2016," ungkapnya.

Tak hanya daratan, panas di lautan juga mencapai rekor tertinggi. Pada pertengahan Mei, suhu permukaan laut global mencapai "tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya" sepanjang tahun.

Kim Cobb, seorang ilmuwan iklim di Universitas Brown yang tidak terlibat dalam penelitian ini menyebut bahwa ada kemungkinan rekor lain setelah bulan Juli.

"Rekor bula Juli mengejutkan, tapi kemungkinan akan ada rekor baru," ujarnya.




(bnl/bnl)

Hide Ads