Izin Pendakian Gunung Everest Membengkak Jadi Rp 229 Juta

CNN Indonesia - detikTravel
Selasa, 29 Agu 2023 21:07 WIB
Gunung Everest (Foto: Babin Dulal/CNN)
Jakarta -

Biaya pendakian Gunung Everest telah membengkak. Kenaikan harga administrasi itu dilatarbelakangi oleh banyaknya mayat di jalur pendakian.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa mendaki Gunung Everest tidaklah murah. Biaya layanan pemandu mencapai puluhan ribu dolar Amerika Serikat (AS). Itu belum termasuk ongkos tiket pesawat, asuransi, dan biaya perlengkapan.

Bukan cuma itu, calon pendaki juga mesti membeli izin pendakian. Pada 2023, Nepal mewajibkan orang asing membayar 11 ribu dolar AS atau sekitar Rp 168 juta untuk izin yang diperlukan sebelum mendaki puncak tertinggi di dunia itu.

Harga tersebut akan naik secara dramatis. Awal bulan ini, otoritas pariwisata mengumumkan bahwa biaya untuk memperoleh izin akan naik menjadi 15 ribu dolar AS atau Rp 229 juta pada 2025 atau melonjak sebesar 36 persen.

Alasannya? Mayat-mayat menumpuk di jalur atau puncak tertinggi di dunia, dan memulihkannya dari mayat-mayat itu membutuhkan biaya yang mahal.

The Kathmandu Post melaporkan, perubahan biaya ini terjadi di tengah keluhan yang terus-menerus mengenai meningkatnya jumlah kematian di gunung setinggi 29.035 kaki tersebut.

Gunung Everest mencair, jasad-jasad pendaki yang hilang mulai bermunculan (Foto: BBC Magazine)

Seiring dengan kenaikan biaya, pemerintah Nepal juga akan mewajibkan jenazah pendaki diturunkan dari Gunung Everest.

Presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal, Nima Nuru Sherpa, mengatakan tidak semua pendaki memiliki asuransi yang menanggung biaya pencarian dan penyelamatan, serta pengambilan korban meninggal.

"Kami sedang mendiskusikan kewajiban asuransi dalam operasi pencarian dan penyelamatan bagi semua orang untuk mendukung pengambilan jenazah dari gunung tersebut," kata Numa Nuru Sherpa kepada The Kathmandu Post.

"Jika jenazah tidak diambil pada waktu atau musim tertentu, kami telah mendesak pemerintah untuk mengeluarkan izin bebas royalti untuk mengambil jenazah kapan saja selama musim tersebut atau tahun depan," lanjutnya.

Menurut pejabat pendakian gunung setempat, dibutuhkan biaya antara 20 ribu dolar AS hingga 200 ribu dolar AS untuk mengeluarkan mayat dari "zona kematian" Everest, sebuah area dengan kadar oksigen yang tipis di ketinggian sekitar 26.000 kaki.

Tahun ini merupakan salah satu tahun paling mematikan dalam sejarah Everest, dengan 17 korban jiwa. Semakin banyak orang yang mencoba mencapai puncak Everest dibandingkan sebelumnya, dengan rekor 478 izin yang dikeluarkan pada musim semi tahun ini.

Setelah musim pendakian berakhir pada bulan Juni 2023, pemandu, pejabat Nepal, dan pendaki gunung berdebat mengapa begitu banyak pendaki meninggal. Beberapa pihak menunjuk pada perubahan iklim, dan mengatakan bahwa kondisi puncaknya terasa lebih dingin dari biasanya.

Direktur Departemen Pariwisata Nepal, Yuba Raj Khatiwada, mengatakan kepada The Guardian bahwa kondisi yang bervariasi kemungkinan besar menyebabkan peningkatan jumlah korban jiwa. "Musim ini kondisi cuaca tidak mendukung," ujar Khatiwada.



Simak Video "Video: Mengulik Drone Pengangkut Logistik-Sampah di Gunung Everest"

(msl/msl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork