Kenapa Makam-makam Kuno yang Muncul di Waduk Gajah Mungkur Berwarna Putih?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kenapa Makam-makam Kuno yang Muncul di Waduk Gajah Mungkur Berwarna Putih?

Muhammad Aris Munandar - detikTravel
Rabu, 13 Sep 2023 16:05 WIB
Kompleks makam kuno yang muncul di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, Senin (11/9/2023).
Foto: Makam kuno di Waduk Gajah Mungkur (Muhammad Aris Munandar/detikJateng)
Wonogiri -

Makam-makam kuno bermunculan ketika Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri mengalami kekeringan. Timbul satu pertanyaan, kenapa makam-makam kuno itu berwarna putih?

Kijing-kijing di kompleks makam kuno yang muncul saat air Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri surut, didominasi warna putih. Kijing berwarna putih itu ternyata erat kaitannya dengan geografi Wonogiri bagian selatan.

Pada saat air WGM surut karena musim kemarau, beberapa kompleks makam bermunculan. Salah satunya berada di kawasan WGM yang masuk lingkungan Jaban Kelurahan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari pantauan di lokasi, tampak batu kijing tercecer atau berserakan. Bahkan ada yang sudah rusak atau hancur akibat terkikis air. Namun ada juga yang masih pada tempatnya.T

Kijing-kijing itu didominasi warna putih seperti bebatuan. Sebagian kijing tertulis nama jenazah dan tahun meninggal. Namun rata-rata tulisan itu sudah sulit terbaca.

ADVERTISEMENT

Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, mengatakan pada zaman dulu di daerah Wonogiri bagian selatan banyak batuan kapur. Pada saat itu banyak batuan kapur yang juga dimanfaatkan untuk tatanan rumah. Termasuk untuk membuat kijing.

"Pada periode (1970-an) itu batuan kapur banyak dimanfaatkan warga. Biasanya memang (kijing) pakai batu putih, batuan kapur. Kalau sekarang (kijing) banyak yang menggunakan semen," kata Dennys.

Ia menuturkan lokasi makam itu dulunya adalah permukiman warga. Pada 1970-an warga dipindahkan ke Sumatera karena pembangunan WGM.

"Warga dipindahkan tapi makamnya tetap di situ. Makam 1970 akhir baru ditinggalkan (warga), bedol. Jadi bukan makam kuno banget sebenarnya. Kisaran 1970-an itu," kata dia, Selasa (12/9).

Ia mengatakan, makam kuno yang muncul di perairan WGM saat musim kemarau saat ini tidak hanya di satu lokasi saja. Sebab dulu ada puluhan desa yang warganya dipindahkan. Tentunya setiap desa itu dulunya mempunyai makam.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, makam-makam itu bisa dilihat atau dilacak berdasarkan pasang surutnya air waduk. Ada yang muncul di daerah pinggir waduk dan ada juga yang di tengah-tengah waduk.

"Ada puluhan (lokasi makam yang muncul), yang nampak bisa dilihat dari bulannya dan saat air surut. Dulu kan ada bekas permukiman, area pertanian, sungai dan fasilitas umum. Ada puluhan desa yang tenggelam," jelas dia.

Dennys mengatakan, selain di Wuryantoro, makam kuno yang muncul saat air waduk menyusut dapat ditemui di Kecamatan Eromoko, Baturetno dan Nguntoronadi. Pada 1966 terjadi banjir di aliran Bangawan Solo. Kemudian, warga ada yang pindah ke tempat lain.

"Akhirnya ada proyek pembangunan WGM itu yang menyebabkan banyak warga yang pindah. Jadi pemukiman lama. Pembangunan WGM itu juga salah satunya karena ada banjir 1966," kata Dennys.


-----

Artikel ini telah naik di detikJateng.




(wsw/wsw)

Hide Ads