Carita pantun merupakan salah satu tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat adat Baduy di Lebak, Banten. Carita pantun dilantunkan oleh juru pantun dengan iringan instrumen dari alat musik tradisional kacapi buhun.
Juru pantun dari Baduy yang biasa dikenal dengan Aki Pantun bernama Amin (62) mengatakan carita pantun memiliki arti yang cukup penting karena menjadi bagian dari ritual atau kegiatan adat. Ritual yang menggunakan carita pantun seperti proses penanaman padi di huma (ladang kering), pernikahan, ruwatan, sunatan, membuka kampung baru, dan lainnya.
"Carita pantun ada banyak, yang paling fleksibel bisa dipakai ke mana saja itu langgarsari karena untuk pernikahan bisa, untuk pertanian bisa," kata Aki Pantun menggunakan Bahasa Sunda saat ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu, Selasa (19/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari banyaknya jumlah carita pantun yang ada di Baduy, Aki baru menghafal 22 judul. Ia belajar mantun dari usia 19 tahun kepada enam guru. Setiap kali mantun, Aki bisa menghabiskan waktu 4-6 jam. Hal ini karena carita pantun yang dimiliki orang Baduy cukup panjang.
"Mantun dari pukul 21.00-06.00 WIB. Iya setiap mantun malam hari," tuturnya.
![]() |
Pada ritual atau kegiatan adat ngaseuk (tanam padi), carita pantun boleh tidak dihadirkan. Sebagai gantinya bisa menghadirkan kesenian lain yaitu angklung buhun. Keduanya mempunyai peran yang sama dalam proses ritual atau kegiatan adat ngaseuk.
"Buka kampung baru harus dipantunin, lalu setiap tujuh tahun sekali (kampung) harus dipantunin," ujarnya.
"Nggak dipantun nggak apa tapi harusnya dipantunin, semisal perkawinan, sunatan, tanpa pantun pasti ada yang kurang. Kalau pertanian nggak mau dipantun bisa diangklungin tapi kembali lagi ke masyarakat. Kalau lahannya tetua adat itu pasti ada salah satunya (pantun atau angklung)," jelasnya.
Selama proses ritual atau kegiatan adat, carita pantun dan Kacapi Buhun hanya boleh dimainkan oleh laki-laki. Hal itu sudah menjadi ketetapan adat.
Meski begitu, kacapi buhun masih boleh dipelajari dan mainkan oleh perempuan untuk sekadar hiburan. Hiburannya bukan seperti pertunjukan musik dengan banyak iringan nada dari berbagai alat musik, melainkan hanya bunyi kacapi yang dipetik secara monoton.
"Iya kalau untuk ritual cuma boleh laki-laki, tapi kalau bukan ritual mau main karena suka perempuan boleh," pungkasnya.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol