Mengenal Carita Pantun, Tradisi Lisan dari Baduy

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Carita Pantun, Tradisi Lisan dari Baduy

Fathul Rizkoh - detikTravel
Rabu, 20 Sep 2023 18:31 WIB
Aki Pantun memetik kacapi buhun, alat musik tradisional dari Suku Baduy
Aki Pantun memetik kacapi buhun, alat musik tradisional dari Suku Baduy (Foto: Fathul Rizkoh/detikcom)
Jakarta -

Carita pantun merupakan salah satu tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat adat Baduy di Lebak, Banten. Carita pantun dilantunkan oleh juru pantun dengan iringan instrumen dari alat musik tradisional kacapi buhun.

Juru pantun dari Baduy yang biasa dikenal dengan Aki Pantun bernama Amin (62) mengatakan carita pantun memiliki arti yang cukup penting karena menjadi bagian dari ritual atau kegiatan adat. Ritual yang menggunakan carita pantun seperti proses penanaman padi di huma (ladang kering), pernikahan, ruwatan, sunatan, membuka kampung baru, dan lainnya.

"Carita pantun ada banyak, yang paling fleksibel bisa dipakai ke mana saja itu langgarsari karena untuk pernikahan bisa, untuk pertanian bisa," kata Aki Pantun menggunakan Bahasa Sunda saat ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu, Selasa (19/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari banyaknya jumlah carita pantun yang ada di Baduy, Aki baru menghafal 22 judul. Ia belajar mantun dari usia 19 tahun kepada enam guru. Setiap kali mantun, Aki bisa menghabiskan waktu 4-6 jam. Hal ini karena carita pantun yang dimiliki orang Baduy cukup panjang.

"Mantun dari pukul 21.00-06.00 WIB. Iya setiap mantun malam hari," tuturnya.

ADVERTISEMENT
Aki Pantun memetik kacapi buhun, alat musik tradisional dari Suku BaduyAki Pantun membuat kacapi buhun, alat musik tradisional dari Suku Baduy (Foto: Fathul Rizkoh/detikcom)

Pada ritual atau kegiatan adat ngaseuk (tanam padi), carita pantun boleh tidak dihadirkan. Sebagai gantinya bisa menghadirkan kesenian lain yaitu angklung buhun. Keduanya mempunyai peran yang sama dalam proses ritual atau kegiatan adat ngaseuk.

"Buka kampung baru harus dipantunin, lalu setiap tujuh tahun sekali (kampung) harus dipantunin," ujarnya.

"Nggak dipantun nggak apa tapi harusnya dipantunin, semisal perkawinan, sunatan, tanpa pantun pasti ada yang kurang. Kalau pertanian nggak mau dipantun bisa diangklungin tapi kembali lagi ke masyarakat. Kalau lahannya tetua adat itu pasti ada salah satunya (pantun atau angklung)," jelasnya.

Selama proses ritual atau kegiatan adat, carita pantun dan Kacapi Buhun hanya boleh dimainkan oleh laki-laki. Hal itu sudah menjadi ketetapan adat.

Meski begitu, kacapi buhun masih boleh dipelajari dan mainkan oleh perempuan untuk sekadar hiburan. Hiburannya bukan seperti pertunjukan musik dengan banyak iringan nada dari berbagai alat musik, melainkan hanya bunyi kacapi yang dipetik secara monoton.

"Iya kalau untuk ritual cuma boleh laki-laki, tapi kalau bukan ritual mau main karena suka perempuan boleh," pungkasnya.




(msl/msl)

Hide Ads