Satwa-satwa di Taman Nasional Bali Barat terancam keberadaannya. Pemburu liar sudah berhasil memburu belasan kijang dan jenis lainnya.
Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna Kepakisan mengatakan bahwa peristiwa perburuan yang semakin marak ini terjadi karena para pemburu memanfaatkan situasi musim kemarau berkepanjangan. Satwa di TNBB cenderung keluar dari hutan untuk mencari sumber air serta makanan.
"Pemburu akan memanfaatkan situasi ini (kemarau) untuk menyasar jalur satwa melintas, yaitu sumber air atau kubangan air yang ada di dalam hutan. Perburuan liar ini sangat mengancam jumlah satwa," ujar Agus dikonfirmasi detikBali, Sabtu (14/10/2023).
Agus juga menjelaskan, pihaknya akan mendata sebaran satwa di wilayah hutan TNBB dan melakukan evaluasi pergerakan satwa saat musim kemarau untuk mengantisipasi pemburu liar.
"Sebaran satwa ini perlu kami evaluasi, terutama saat musim kemarau untuk antisipasi pemburu liar," ujar Agus.
"Tahun depan rencananya untuk update populasi satwa TNBB," imbuhnya.
Data terakhir pada 2015, populasi rusa di TNBB ada sebanyak 980 ekor. Jumlah tersebut terancam berkurang dengan maraknya pemburuan liar.
"Untuk total populasi di TNBB sendiri tercatat diantaranya sebanyak 215 jenis burung, 18 jenis mamalia, 980 ekor rusa, kera hitam, trenggiling, reptil 14 jenis. Sementara untuk harimau bali serta banteng bali sudah punah dari tahun 1980," papar Agus.
Baca artikel selengkapnya di detikBali
Simak Video "Video: Fakta-fakta Jerapah Bakal Dimasukkan ke Spesies Terancam Punah"
(msl/msl)