Kereta cepat Jakarta Bandung Whoosh segera beroperasi secara komersial. Rumor tentang pramugari atau conductor kereta cepat harus bisa menggunakan bahasa Mandarin kembali muncul.
Rangkaian uji coba kereta cepat Whoosh selesai dilaksanakan. Kini, tiket perjalanan Jakarta Bandung dengan Whoosh dijual dengan harga Rp 300 ribu untuk perjalanan mulai 18 Oktober.
Seiring dengan dioperasikannya kereta cepat Whoosh, kabar soal pramugari kembali mengemuka. Betulkah ada syarat pramugai kereta cepat harus bisa berbahasa Mandarin?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari detikX, salah satu Chief Conductor, Fica Farica Reyhan, membeberkan fakta itu. Fica, yang mempunyai pengalaman bekerja sebagai Customer Service on Train di Stasiun Malang, mengatakan bagi staf KCIC, keterampilan berbahasa Mandarin memang diperlukan karena mereka harus berkolaborasi dengan tenaga kerja asal China. Seperti, masinis yang mengoperasikan Whoosh masih sepenuhnya dipegang oleh pekerja asal negara tirai bambu itu.
"Mereka di sini sampai proses transfer knowledge-nya selesai. Mungkin setelah 2-3 tahun baru sepenuhnya akan dioper ke kita," kata Fica.
Di dalam kereta cepat Whoosh Fica bergerak dari satu gerbong ke gerbong lain sambil membawa alat komunikasi HT. Fica memastikan semua kegiatan penumpang dan pelayanan kru berjalanan dengan lancar.
"Setelah mendapat laporan dari petugas stasiun bahwa proses naik turun penumpang sudah selesai, informasi itu kita sampaikan ke masinis lewat translator," kata Fica.
Selain itu, untuk memperlancar proses komunikasi dan menghindari kesalahan teknis, seluruh staf KCIC yang bertugas di lapangan diwajibkan untuk mengikuti kelas Bahasa Mandarin. Fica masih rutin mengikuti kelas Mandarin. Terdapat serangkaian ujian untuk mengetes kemahiran berbahasa Mandarin Fica.
"Selama ini memang selalu ada satu translator di dalam kereta. Tapi, memungkinkan juga tidak ada translator, jadi mau tidak mau seorang Chief Conductur harus bisa menguasai Mandarin. Kalau sekarang tidak ada translator terpaksa kita pakai Google Translate," kata perempuan lulusan Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Brawijaya, ini.
Ketika melamar ke KCIC, Fica tidak diwajibkan untuk memiliki kemahiran dalam berbahasa Mandarin. Ia hanya diharuskan untuk memiliki kefasihan dalam berbahasa Inggris. Materi kelas bahasa Mandarin yang diajarkan selama dua bulan ini lebih berfokus pada percakapan sehari-hari.
"Setidaknya saat berdinas, ya, kita bisa mengerti lah sedikit-sedikit bahasa mereka karena setiap hari kita bekerjanya sama mereka juga, kan," kata dia.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol