Pesarean Gunung Kawi Sudah Populer Sejak 152 Tahun Lalu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pesarean Gunung Kawi Sudah Populer Sejak 152 Tahun Lalu

Muhammad Aminudin - detikTravel
Kamis, 26 Okt 2023 18:31 WIB
Dua lokasi yang kerap dikaitkan dengan pesugihan di Gunung Kawi
Pesarean di Gunung Kawi (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Jakarta -

Gunung Kawi tak hanya viral belakangan. Destinasi yang sarat dengan pesugihan dan ilmu kebatinan ini sudah populer sejak 152 tahun lalu.

Diceritakan bahwa di sana pesarean yang merupakan tempat di mana Raden Mas Soeryo Koesoemo atau Kiai Zakaria II dan Raden Mas Iman Soedjono. Pesarean Gunung Kawi tak pernah sepi dari para peziarah.

Kiai Zakaria II yang kemudian dikenal dengan sebutan Eyang Djoego, merupakan cicit dari Pakubuwono I. Eyang Djoego juga merupakan laskar sekaligus pengawal Pangeran Diponegoro melawan Belanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eyang Djoego sebelumnya menetap dengan membangun padepokan di wilayah Dusun Djoego, Kesamben, Kabupaten Blitar. Eyang Djoego wafat pada Senin Pahing tanggal Satu Selo Tahun 1871 M.

Jenazahnya dibawa dari Dusun Djoego, Kesamben menuju Wonosari, Kabupaten Malang, untuk dimakamkan sesuai permintaannya yaitu di sisi selatan Gunung kawi.

ADVERTISEMENT

Pemakaman jenazah Eyang Njoego digelar secara Islam yang dipimpin oleh Raden Mas Iman Soedjono. Lalu, tahlil akbar digelar pada malam harinya.

Hal ini kemudian menjadi gelaran rutin di pesarean Gunung Kawi untuk menggelar upacara di malam Jumat Legi, selain Senin Pahing menandai hari wafatnya Eyang Djoego.

Setiap tahun, para keturunan dan pengikutnya melakukan ziarah ke makam. Selain pada hari-hari tertentu, seperti saat malam Kamis Kliwon atau Jumat Legi, malam 1 Suro (Muharram), selalu diadakan perayaan tahlil akbar dan upacara ritual lainnya.

Upacara ini biasanya dipimpin oleh juru kunci makam yang masih merupakan keturunan Eyang Iman Soedjono.

"Di sini akan selalu ramai ketika malam 1 Selo untuk memperingati haul dari Eyang Djoego. Selain malam 1 Suro dan malam Kamis Kliwon, hari di mana Eyang Djoego dimakamkan," ujar Kadir, Ketua RT setempat saat ditemui detikJatim di lokasi, Kamis (26/10/2023).

Pada area pesarean juga terdapat makam dari Raden Mas Iman Soejono yang merupakan murid sekaligus anak angkat dari Eyang Jugo. Raden Iman Soedjono wafat pada tahun 1876 atau lima tahun setelah kematian Eyang Djoego.

Raden Mas Imam Soejono bersama pengikut Eyang Djoego sebelumnya melakukan babat alas di wilayah yang saat ini menjadi lokasi pesarean.

Saban hari, pesarean dibuka selama tiga kali, yakni pagi mulai pukul 07.30 WIB sampai 11.00 WIB, siang pukul 13.30 WIB sampai 16.00 WIB, dan malam mulai pukul 19.30 WIB sampai 22.00 WIB.

Di Gunung Kawi ini tampak jelas akulturasi budaya dari 5 agama, yakni Islam, Hindu, Budha, Konghucu, serta Kristen. Sehingga menjadi keunikan dari obyek wisata yang berada di ketinggian 800 MDPL ini.

Selain makam yang disakralkan, dalam kompleks pesarean juga tumbuh pohon Dewandaru yang dipercaya dan mitos yang berkembang merupakan pohon keberuntungan. Pohon itu tumbuh tepat di depan pesarean Eyang Djoego.

Baca artikel selengkapnya di detikJatim




(msl/msl)

Hide Ads