Sunsetnya Apik, tapi Mitos Waduk Cengklik Bikin Merinding

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sunsetnya Apik, tapi Mitos Waduk Cengklik Bikin Merinding

Nila Handayani - detikTravel
Sabtu, 11 Nov 2023 22:37 WIB
Sejumlah pengunjung bersantai menjelang matahari terbenam di Waduk Cengklik, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (25/9/2023). Meskipun debit air Waduk Cengklik mengalami penurunan pada musim kemarau, lokasi tersebut tetap menjadi daya tarik para pengunjung untuk menikmati suasana senja atau matahari tenggelam. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.
Sunset di Waduk Cengklik, Boyolali, konon ada peri dan banaspati minta tumbal. (Aloysius Jarot Nugroho/Antara Foto)
Boyolali -

Popularitas Waduk Cengklik di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah naik daun di media sosial. Ada cerita mistis di kalangan warga.

Waduk itu menjadi tempat warga lokal untuk menanti sunset. Mbah Wardi, seorang warga setempat yang lahir pada 1947 telah menceritakan kepada tim detikJateng mengenai sejarah dari Waduk Cengklik dan kejadian-kejadian mistis yang sering terjadi di sekitar waduk ini.

Menurut Mbah Wardi, Waduk Cengklik pertama kali dibangun pada 1927 oleh Belanda yang memiliki kemungkinan bekerja sama dengan Keraton Solo. Waduk Cengklik itu mengelilingi tiga kelurahan, yakni Sobokerto, Centing, dan Ngargorejo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tujuan awal pembangunan Waduk Cengklik adalah untuk kepentingan pertanian. Itu dipertahankan sampai saat ini.

Mbah Wardi mengatakan waduk itu memiliki "penunggu" atau makhluk gaib yang menghuni. Bahkan, kejadian mistis sudah dianggap biasa menurutnya.

ADVERTISEMENT

"(Ada penunggu?) Ya ada ada saja. Penunggu banyak, di sini aja ada," ujar Mbah Wardi di Waduk Cengklik, Selasa (31/10/2023).

Mbah Wardi juga mengklaim bahwa ada makhluk peri yang mendiami waduk ini. Bahkan tak jarang mereka sering menampakkan wujudnya.

Terdapat juga cerita tentang "Banaspati," makhluk halus yang berbentuk api. Mbah Wardi menjelaskan bahwa makhluk ini membutuhkan tumbal sebagai bagian dari kesepakatan dengan masyarakat setempat.

Tumbal yang disebut "pajak" ini diartikan warga sebagai jatah imbal balik ketika mengambil banyak ikan. Bahkan, tumbal yang diminta bisa setahun sekali.

"(Sosok peri?) Ada, ada. Yang kamu tanyakan itu ada di sini ada. Nggak apa-apa, misalnya satu peri dua banaspati," kata dia.

"Ya minta pajak, pajak memang itu sudah jatahnya. Ya untuk kepentingan situ, misale ikan banyak ngambil ikan banyak tukarnya ya itu. Jadi imbal baliknya ya itu. Sing penting ngati-ati, ngati-ati awake dewe (Yang penting hati-hati, hati-hati diri sendiri). Tapi suwe mboten enten (Tapi lama tidak ada). Pun suwe banget (Sudah lama sekali)," ujar dia.

Ditemui terpisah, Nanang pemilik warung di pinggir Waduk Cengklik menyatakan bahwa dulunya di beberapa bagian sering memakan korban. Dari berbagai sisi, mulai dari barat hingga timur.

Kebanyakan mereka yang menjadi tumbal karena tenggelam di Waduk Cengklik. Namun, saat ini sudah jarang ada yang tenggelam.

"Wah di sini mana-mana sudah ada Mbak, barat ada, timur ada, tenggelam kebanyakan, tenggelam," kata Nanang di area wisata perahu Waduk Cengklik, pada Rabu (1/11/2023).

"Dulu ya mbak, kalau dulu iya, sekarang sudah jarang. Kalau saya kecil seingat saya tiap tahun pasti ada lah. Ini sudah jarang, entah berapa tahun sekali)," dia menambahkan.

Ratmin, juru kunci Petilasan Kyai Umar Zazid, yang ada di salah satu pulau di Waduk Cengklik, membenarkan cerita itu. Menurutnya, kisah mengenai tumbal tidak selalu terjadi di waduk.

Ratmin mengatakan ada beberapa tumbal yang meninggal dengan cara "dijemput" di rumahnya dan disebut "Kalap Darat" atau yang berarti tenggelam di darat. Sehingga tidak diketahui apakah masih ada tumbal.

"Kalau dulu asli orang sini, kalau sekarang ada yang namanya "Kalap Darat" itu ada yang langsung ke rumah lalu meninggal ya ada," kata Ratmin, pada Rabu (1/11/2023).

"Jadi ya nggak tahu sekarang tiap tahun apa ndaknya. Nek kalap teng airnya pun jarang (Kalau tenggelam ke air sudah jarang). Ada yang dijemput ke rumah, cuman itu cuma rumornya," ujar Ratmin yang biasa disapa dengan panggilan Mbah Min itu.

Meskipun cerita mistis sudah terdengar sejak lama, Waduk Cenglik tak pernah sepi dari pengunjung untuk sekadar bersantai atau memancing. Bahkan, sunset di Waduk Cenglik kini menjadi buruan.




(fem/fem)

Hide Ads