Beda generasi beda juga cara liburannya. Perilaku traveler zaman now beda banget dengan traveler pada 10 tahun lalu. Yuk intip, seperti apa bedanya?
Certified Financial Planner OneShildt, Imelda Tarigan, mengatakan traveler jaman now atau bisa dibilang Generasi Z (Gen-z) lebih suka solo traveling ke tempat yang unik-unik, yang Instagramable. Berbeda dengan generasi jaman old yang lebih senang mengikuti tour ramai-ramai.
"Kalau sekarang nggak zaman lagi. Masyarakat lebih senang berlibur, bisa sesukanya. Kemana pun cari yang unik-unik, ke tempat Instagramable, perginya juga tidak dalam grup sendiri-sendiri karena mencari grup yang sama itu susah," kata Imelda beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dipersentasekan, kata Imelda, tipe traveling Gen-z ini antara lain:
- 58 persen solo traveling ke tempat yang unik,
- 48 persen cari tujuan liburan dari IG
- 97 persen suka upload ke sosmed sehari bisa 2-3 kali postingan.
"Jadi itu kebiasaan perilaku orang jaman sekarang kalau berlibur," ujarnya.
Menurutnya, liburan zaman sekarang kebanyakan jadi konsumsi umum. Semua orang jadi tahu buat apa kita berlibur. Bahkan frekuensi liburan Gen-z ini lebih sering. Gen-Z ini bisa berlibur 5-6 kali dalam setahun. Jadi dua bulan sekali liburan.
"Liburan zaman sekarang juga lebih menikmati liburan yang dekat dengan alam, Airbnb lebih homie. Hotel kan formal, kalau Airbnb orang bisa selonjoran mirip di rumah atau di kemah yang menyatu dengan alam. Ini perilaku berlibur zaman now," kata Imelda.
Bagaimana dengan generasi old? Untuk liburan generasi yang lebih senior, mereka menganggap liburan itu kesannya mewah. "Jadi sekarang berlibur nggak perlu jauh-jauh. Healing tipis-tipis sudah cukup. Generasi lebih senior 3-4 kali setahun berliburnya, karena lebih senang di rumah. Senang di Airbnb, bukan di hotel bintang lima," ujarnya.
Liburan Kebutuhan atau Keinginan?
Travaler sebelum berlibur perlu memikirkan setiap aspek pengeluaran, apakah pengeluaran ini sebagai kebutuhan atau keinginan. Misalnya saja alokasi anggaran untuk membeli air mineral atau minuman lain seperti susu.
"Air mineral di berbagai negara itu mahal banget, jadi cukup menyita anggaran. Kalau ingin sehat tentu harus banyak minum air putih. Jadi, sebelum memilih tempat berlibur, survei dulu di internet, sediakan waktu serius untuk riset sendiri," ujarnya.
Begitu juga dengan biaya darurat. Usahakan untuk tidak menempatkan semua dana dalam satu dompet. Anda bisa menyimpan dana cadangan di tali pinggang atau saku kecil. "Kalau dompetnya kecopetan ada dana darurat, ada juga yang nyimpennya di kaos kaki," katanya.
Nah, yang nggak kalah penting itu menganggarkan asuransi perjalanan. Kata Imelda jangan pergi kalau tidak mempunyai asuransi. Banyak hal kecil yang tidak diprediksi, solusinya bisa terbantu oleh asuransi perjalanan.
"Pernah keluarga saya, ada tetangga saya yang anggota keluarganya meninggal. Beliau kena serangan jantung, ya beliau bawa pulang itu, biayanya gede banget. Belum lagi kalau pesawatnya delay, hotelnya hangus semua itu asuransi perjalanan penting banget," pesan Imelda.
Pembiayaan Liburan
Jika traveler mau liburan, biayanya biasanya dari mana? Tabungan atau berhutang? Ada beberapa sumber biaya yang bisa digunakan untuk berlibur.
Usahakan agar budget liburan tidak terlalu membengkak. Jangan sampai diberatkan untuk membeli oleh-oleh. Karenanya Anda perlu mempersiapkan anggaran. Atur juga cash flow setelah liburan.
Kembali ke soal pembiayaan liburan, beberapa sumber biaya ini bisa dipertimbangkan:
- Tabungan mata uang asing. Jika biaya liburan dari tabungan mata uang asing, biasanya biayanya banyak karena ini bukan produk yang jamak. Belum lagi syarat dan ketentuan yang banyak banget.
- Tabungan emas. Jika biayanya dari tabungan emas, masih bisa dipertimbangkan karena mata uang global. Traveler dapat menukarnya jika membutuhkan uang. Tapi, ada hal yang harus diperhatikan. "Kalau jangka pendek, risikonya bisa di bawah ketika harga kita beli emas, jadi ada kemungkinan rugi. Kalau jangka waktunya rendah, karena spreadnya bisa 5-8 persen kadang 10 persen," jelasnya. Menurutnya, tabungan emas bisa jadi pertimbangan apabila tujuan perjalannya masih cukup panjang. Misalnya haji 15 tahun lagi, okelah nabung emas.
- Utang. Bolehkan berutang untuk berlibur? Anda mungkin berpikir untuk menggunakan kartu kredit yang bekerja sama dengan airlines atau paket biro dengan cicilan harga khusus. Namun, seperti apa aturannya? Imelda mengingatkan jika berlibur dengan berutang, yang perlu diingat cicilan tidak lebih dari 30 persen. "Pakemnya seperti itu," kata Imelda dengan tegas.
Selain itu, Imelda mengatakan berutang untuk liburan boleh-boleh saja, asalkan kegiatan liburan tadi merupakan yang produktif. Jangan sampai utang yang konsumtif, menggerus aset, hingga harus menjual harta benda agar bisa berlibur.
Apabila berutang karena liburan tersebut untuk kegiatan produktif, maka akan memberikan aset atau return. Misalnya saja pergi berlibur untuk riset atau mengurus bisnis. Ini tentu akan banyak profit, bisa beli aset lagi.
(ddn/fem)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour