Bus Damri Dilindungi Saat Kerusuhan di Papua, Ini Alasannya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bus Damri Dilindungi Saat Kerusuhan di Papua, Ini Alasannya

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 01 Des 2023 12:15 WIB
Dirut DAMRI, Setia N Milatia Moemin
Dirut Damri, Setia N Milatia Moemin (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Jakarta -

Damri menjadi bagian istimewa bagi rakyat yang ada di Papua sana. Suatu waktu, saat kerusuhan berlangsung, mereka tak menyentuh armadanya dan malah mengamankannya dari pembakaran.

Alasannya sangat sederhana, yakni jika mereka membakar bus-bus itu maka mereka tidak bisa healing atau liburan kembali. Karenanya, armada milik Damri itu diminta untuk tidak dirusak.

"Waktu kejadian di Papua ribut, kantor-kantor depan kami dibakar. Masyarakat menolong kami, mengawal bus-bus kami masuk ke markas TNI. Supaya jangan dibakar, yang ini jangan dibakar," kata Dirut Damri, Setia N Milatia Moemin, dalam diskusi Institut Studi Transportasi (INSTRAN) di Jakarta, Kamis (30/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi betapa mereka sangat memiliki kami. Sehingga teman-teman kami tenang-tenang saja nggak di apa-apain. Kami juga nggak pernah dibegal atau dipotong lehernya, dibunuh," dia menambahkan.

Lebih lanjut, para radikal di Papua juga tidak menyentuh para kru Damri. Mereka tahu bahwa jika kru perusahaan disakiti maka mereka tidak bisa lagi memakai jasanya.

ADVERTISEMENT

"Waktu ada penembakan kru kami aman karena mereka tahu kalau kami disakiti mereka tidak bisa ke mana-mana," ujar dia.

Lebih lanjut, Milatia menyebut bahwa keberadaan Damri juga membuat Papua menjadi aman dan damai. Itu karena mereka yang melakukan kekerasan dikatakan hanya ingin jalan-jalan dan itu haruslah dipenuhi.

"Sebenarnya, mereka hanya ingin jalan-jalan dan tidak ada pergolakan lagi. Jadi mungkin tidak perlu menurunkan tentara," kata Milatia.

"Begitu kita masuk dan mereka bisa keluar dari daerah itu, itu udah nggak ada pergolakan, pemberontakan lagi, dan ribut-ribut lagi," ujar dia.

Meski demikian, Milatia menjelaskan bahwa tugas di Pulau Papua sangatlah menantang. Itu karena meski jam kerja sudah selesai tapi demi kemanusiaan bus yang diparkir harus jalan lagi mengantar mereka yang sangat membutuhkan.

"Kadang, bus kami tengah malam harus jalan mengantarkan satu orang yang mau melahirkan. Dan itu nggak ada di BOK (biaya operasi kendaraan). Tapi kalau kami tidak lakukan itu maka satu kampung satu distrik bisa marah dan kantor kami bisa digerebek," katanya.

"Itu kondisinya sangat berbeda dan biaya kemahalan di sana juga sangat tinggi," ujar dia.

Tantangan lain yang harus ditangani Damri adalah bus yang sudah menua. Para mekanik dikatakan Milatia sudah berusaha memodifikasi dan mengusulkan peremajaannya.

"Berbeda dengan komersil. Sebelumnya kami melakukan subsidi silang. Tapi setelah keluar aturan baru PM Nomor 2 BUMN, di mana setiap proyek tidak boleh rugi lagi, itu kami sulit untuk melakukan subsidi silang lagi. Apa lagi dengan kontrak yang diperpanjang setiap tahun," ujar Milatia.

"Kita bukan yang ada di pinggir jalan, kita bergerak masuk ke dalam-dalam. Mungkin kalau saya sebutkan tidak pernah mendengar tapi itu yang kita lalui," katanya.




(msl/fem)

Hide Ads