Ada Makam di Tengah-tengah Tol Jogja-Solo, Ini Sosoknya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ada Makam di Tengah-tengah Tol Jogja-Solo, Ini Sosoknya

Adji G Rinepta - detikTravel
Minggu, 24 Des 2023 12:05 WIB
Makam Kyai Kromo Ijoyo di Padukuhan Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman, yang masih berdiri di tengah pembangunan tol Jogja-Solo, Senin (16/10/2023).
Foto: Makam Kyai Kromo Ijoyo (Jauh Hari Wawan S/detikJogja)
Yogyakarta -

Ada satu makam yang masih berdiri di tengah jalan tol Jogja-Solo. Makam itu milik seseorang bernama Kyai Kromo Ijoyo alias Mbah Celeng. Siapakah dia?

Makam Kyai Kromo Ijoyo itu berada di Padukuhan Ketingan, Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman. Warga sekitar dan para sesepuh meyakini jika makam itu keramat.

Lurah Tirtoadi, Mardiharto, yang juga mengaku sebagai salah ahli waris atau trah dari Kyai Kromo, menceritakan tentang sosok Kyai Kromo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari cerita turun temurun yang didengarnya, Kiai Kromo atau Mbah Kromo merupakan salah satu pendiri kampung Ketingan yang hidup pada masa penjajahan Belanda.

"Kalau dari cerita itu Mbah Kromo itu masanya dari Sultan HB VII, kalau katanya masih ada hubungan darah dari Kasultanan," jelas Mardiharto saat ditemui di kantor Kalurahan Tirtoadi, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Mbah Kromo dikisahkan mengungsi dan keluar dari Keraton Jogja dan sampai ke Ketingan. Mbah Kromo pun dipercaya sebagai penduduk pertama dan pendiri Ketingan.

Selain sebagai tetua kampung, Mbah Kromo juga disebut sebagai salah satu prajurit dari Pangeran Diponegoro.

"Ceritanya kalau dari orang-orang seperti itu. Tapi saya tidak tahu apakah itu ceritanya pas atau tidak, atau ditambahi saya ndak tahu," ungkap dia.

Keberadaan makam Mbah Kromo ini cukup tersohor. Banyak peziarah datang di hari-hari tertentu. Bahkan ada yang datang untuk bersemedi dengan maksud tertentu.

"Di situ banyak yang sesirih, semedi. Ziarah itu sering. Malam Jumat dan Selasa Kliwon itu masih banyak yang di sana. Di situ itu banyak yang kabul (terkabul)," ujar dia.

Kini, dengan adanya pembangunan tol Jogja-Solo, makam Mbah Kromo harus dipindah. Sebagai salah satu ahli waris, Mardiharto ingin agar makam itu dipindah ke lokasi yang lebih baik dan dibuatkan bangunan baru yang lebih baik.

"Ya nunggu aja. Itu kan nanti mesti ada (lokasi pengganti). Tapi yang jelas itu ya kalau dari saya ingin penginnya dipindah di gumuk, artinya tanah yang munthuk, tapi di situ kan nggak ada. Paling nanti ya makamnya akan kita naikkan, tapi itu kan nanti kesepakatan warga. Iya (bangunannya) lebih baik," harap dia.


-----

Artikel ini telah naik di detikJogja.




(wsw/wsw)

Hide Ads