Sebagai salah satu kota paling indah di Italia, kota kanal Venesia diambang kehancuran. Demi mempertahankan keindahannya, tempat ini melakukan berbagai upaya.
Melansir Stuff.co.nz, Selasa (2/1/2024), salah satu upaya yang akan diupayakan adalah dengan melarang kelompok tur berjumlah besar. Batasannya, kelompok tur dengan jumlah lebih dari 25 orang dan dengan pengeras suara.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu (30/12/2023), dewan kota mengatakan bahwa peraturan baru itu berlaku di pusat bersejarah Venesia dan pulau-pulau Burano, Murano, dan Torcello mulai Juni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewan kota mengatakan bahwa peraturan tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan kebutuhan penduduk, pekerja dan pengunjung serta bertujuan untuk mengurangi kebingungan dan gangguan yang disebabkan oleh pengeras suara. Operator tur atau pemandu wisata yang melanggar peraturan akan dikenakan denda mulai dari 50 euro hingga 500 euro (Rp 853 ribu - RP 8,5 juta).
Anggota dewan kota yang bertanggung jawab atas pariwisata, Simone Venturini, mengatakan bahwa peraturan baru ini dirancang untuk mengubah kebiasaan pengunjung dan mengelola pariwisata dengan lebih baik. Peraturan ini juga bertujuan untuk mencegah pemandu wisata ilegal yang tidak sah.
"Venesia semakin rapuh dan kami mengambil tindakan untuk memastikan masa depan jangka panjangnya," kata Venturini kepada The Telegraph.
"Kelompok-kelompok besar turis memblokir gang-gang, jembatan dan alun-alun di pusat bersejarah dan hal ini menciptakan masalah besar. Ini bukanlah jenis pariwisata yang kami inginkan," dia menambahkan.
Ia menjelaskan bahwa langkah terbaru itu adalah bagian dari kerangka kerja intervensi yang bertujuan meningkatkan dan mengelola pariwisata dengan lebih baik untuk keseimbangan dan kebutuhan.
Diketahui pada tahun 2023 terdapat lebih dari 20 juta wisatawan berkunjung ke Venesia. Kota ini juga diklaim berubah menjadi Disneyland versi Italia. Di sisi lain, Venesia berencana memberlakukan pajak turis sebesar 5 euro atau sekitar Rp 85 ribu mulai April 2024.
Anggota dewan kota yang bertanggung jawab atas keamanan, Elisabetta Pesce, menjelaskan peraturan untuk membatasi jumlah kelompok tur adalah penting untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan menjamin perlindungan dan keamanan kota.
Salah satu efek dari pariwisata yang berlebihan di Venesia adalah perpindahan warga lokal ke tempat lain. Kelompok warga setempat, Venessia dan Ocio, telah menghitung bahwa jumlah tempat tidur yang tersedia bagi para pengunjung saat ini telah melampaui jumlah total penduduk, yaitu sekitar 50.000.
"Dalam lima tahun terakhir di kota bersejarah Venesia, setiap dua hari rata-rata satu rumah menghilang dari pasar perumahan dan digantikan oleh pasar pariwisata," ujar Ocio dalam situs.
Ketika ditanya mengenai penurunan jumlah penduduk, Venturini menekankan bahwa Venesia yang lebih luas, termasuk daratan, memiliki 260.000 penduduk. Dalam upaya untuk menyediakan tempat tinggal bagi 50.000 penduduk di pusat bersejarah tersebut, ia mengatakan bahwa dewan kota telah merestorasi 500 rumah untuk perumahan umum dan 300 di antaranya telah diberikan kepada keluarga dan pasangan muda dalam dua tahun terakhir.
Namun, kelompok-kelompok warga berpendapat bahwa Venesia sedang diubah menjadi 'desa wisata' dan para penghuninya disingkirkan untuk memberi jalan bagi hotel-hotel baru dan proyek-proyek lain untuk memperluas sektor pariwisata.
Awal tahun ini UNESCO mengatakan bahwa kota ini harus ditambahkan ke dalam daftar situs warisan dunia yang terancam punah. Itu karena dampak dari pariwisata massal dan naiknya permukaan air laut yang mengancam akan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat dipulihkan.
Langkah perbaikan terjadi pada tahun 2021, setelah protes panjang, akhirnya kapal pesiar besar dilarang masuk ke Venesia melalui Kanal Giudecca. Protes itu dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih luas terkait polusi dan erosi.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol