Yunani oh Yunani, Pajak Turis Baru Apalagi Ini?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Yunani oh Yunani, Pajak Turis Baru Apalagi Ini?

bonauli - detikTravel
Senin, 15 Jan 2024 09:26 WIB
Pulau wisata favorit traveler di Yunani.
Ilustrasi Santorini (Getty)
Athena -

Yunani kembali memperkenalkan pajak baru untuk turis. Kali ini sebutannya 'biaya ketahanan krisis iklim'.

Dilansir dari Skift pada Senin (15/1/2024), pajak turis itu akan menggantikan pajak hotel yang sebelumnya digunakan. Yang menggelikan, biaya pajak juga dihitung berdasarkan kategori hotel dan waktu kunjungan turis.

Misalnya, untuk hotel bintang 5 di bulan Maret sampai Oktober akan mengenakan pajak sebesar 10 euro atau sekitar Rp 170 untuk satu malam. Sementara itu, di bulan November sampai Februari hanya 4 euro atau sekitar Rp 68 ribu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk hotel bintang 3 di bulan Maret sampai Oktober akan dikenakan pajak tambahan 3 euro atau sekitar Rp 51 ribu per malam. Sementara itu, untuk periode kunjungan November sampai Februari dikenakan pajak 1,5 euro atau sekitar Rp 25 ribu.

Kebijakan itu didorong oleh serangkaian bencana yang terjadi di Yunani pada musim panas lalu. Tahun lalu, curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir besar yang menghancurkan rumah, jembatan, jalan, ternak, dan menewaskan 17 orang.

ADVERTISEMENT

Kemudian, ada gelombang panas dahsyat yang menyebabkan kebakaran hutan yang menghancurkan area seluas 1.500 km persegi dan menyebabkan 20 orang tewas.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Institute of the Association of Greek Tourism Enterprises, bencana alam juga berdampak pada pengalaman wisata di Yunani. Gegara gelombang panas, kebakaran hutan dan banjir, Yunani mendapat banyak ulasan wisata negatif.

Tak hanya itu, bencana itu juga menyebabkan beberapa operator tur menghentikan perjalanan. Salah satunya adalah TUI, operator ini membatalkan tur ke Rhodes Island karena kebakaran hutan.

Pajak baru Yunani diberlakukan ketika pola pemesanan turis berubah untuk menghindari cuaca ekstrem. Semakin banyak orang yang akan menghindari periode puncak liburan.

"Orang-orang yang memiliki fleksibilitas, dapat melakukan perjalanan, pemesanan naik 88% pada bulan April dan Mei untuk Eropa tahun depan," ujar CEO Intrepid Travel James Thronton di Skift Global Forum pada September lalu.




(bnl/fem)

Hide Ads