Jeepney, angkutan umum yang beroperasi di seluruh Filipina dengan dandanan semarak, beraneka warna dan rupa, mulai dari Bunda Maria hingga bintang NBA disebut-sebut bakal segera menghilang dari jalanan. Betulkah?
Jeepney tidak hanya meriah pada dandanannya. Jeepney juga berisik dengan klakson yang meraung-raung dan mesin bergemuruh setiap mengantar jutaan orang dalam perjalanan sehari-hari. Menyitir CNN, Selasa (16/1/2024), jeepney dijuluki raja jalanan. Bentuk transportasi umum ini muncul dari kecerdikan era setelah Perang Dunia II.
Para mekanik lokal mengubah sejumlah besar jip yang ditinggalkan oleh pasukan Amerika, menyesuaikannya untuk mengakomodasi penumpang sipil. Dengan sekitar 200.000 jeepney di seluruh negeri, jeepney tetap menjadi bentuk transportasi yang terjangkau di negara dengan pendapatan tahunan rata-rata sekitar USD 3.500 (Rp 54,5 juta).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tarif jeepney mulai dari 13 peso Filipina, mengangkut sekitar 40% para komuter ke mana-mana, dari tempat kerja, sekolah, dan mal, menurut data dari Departemen Transportasi.
Namun pemerintah ingin mengganti kendaraan bertenaga diesel yang sudah usang dan berpolusi tinggi itu dengan minibus baru.
![]() |
Selama bertahun-tahun, para pengemudi jeepney berargumen bahwa biaya untuk beralih ke kendaraan yang lebih bersih berada di luar jangkauan mereka.
Sementara itu, para penumpang juga khawatir bahwa mengganti jeepney tradisional dengan kendaraan baru pada akhirnya dapat menyebabkan kenaikan tarif.
Kelompok-kelompok yang mewakili para pengemudi jeepney telah melakukan protes dalam beberapa bulan terakhir, dengan pertemuan terakhir yang akan diadakan pada hari Selasa di Ibu Kota Manila.
Namun Mar Valbuena, ketua kelompok transportasi Manibela, mengatakan bahwa polisi berusaha menghalangi para pengemudi jeepney untuk bergabung dalam aksi tersebut.
"Kami tidak dapat melanjutkan karena beberapa anggota kami terjebak di pos pemeriksaan polisi pagi ini. Beberapa telah ditahan di berbagai pos pemeriksaan polisi selama hampir dua jam," kata Valbuena.
Valbuena mengatakan bahwa ia masih mengharapkan kehadiran sekitar 15.000 pengemudi jeepney, di Manila dan provinsi-provinsi lain. Tujuannya untuk memprotes program wajib mempensiunkan kendaraan angkutan umum tradisional dengan alasan bahwa skema tersebut "tidak dipelajari dengan baik."
Kekhawatiran utama dari kelompok transportasi ini adalah skema pemerintah tersebut kekurangan dana. Sehingga memberikan tekanan kepada para pengemudi untuk mengambil pinjaman dalam jumlah besar untuk memenuhi rencana modernisasi tersebut.
Masa depan jeepney yang tidak menentu dimulai pada tahun 2017, ketika kementerian transportasi memerintahkan kendaraan yang berusia lebih dari 15 tahun untuk diganti dengan minibus impor.
Minibus-minibus ini hadir dengan tempat duduk yang lebih luas, pendingin ruangan, dan menggunakan bahan bakar yang lebih bersih dibandingkan dengan kendaraan pendahulunya.
Harganya cukup mahal, yaitu sekitar 2,8 juta peso Filipina, yang tidak terjangkau oleh banyak orang.
"Kami benar-benar tidak mampu membelinya. Bahkan jika kami mengambil pinjaman, kami akan terlilit utang sampai kami mati," kata pengemudi jeepney, Joseph Sabado.
Jeepney sebagian besar dimiliki secara pribadi dan sering kali dijalankan oleh pemilik tunggal. Akibatnya, pengemudi perorangan enggan untuk melakukan peremajaan dan mengatakan bahwa transisi ini mendorong mereka untuk berhutang melalui pinjaman pembiayaan yang besar.
Agar memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman dan subsidi dari pemerintah, pengemudi dan operator kecil harus bergabung dengan koperasi atau perusahaan, yang akan memiliki bus dan waralaba publik untuk mengoperasikannya.
Pemerintah bermaksud untuk mewajibkan peralihan ini pada Maret 2020, tetapi telah ditunda tiga kali karena pandemi Covid.
Kali ini, tenggat waktu yang ditetapkan bagi operator jeepney untuk menyerahkan waralaba mereka dan berkonsolidasi ke dalam koperasi berakhir pada 31 Desember 2023.
Pemilik jeepney yang gagal bergabung dengan koperasi tidak akan lagi diizinkan untuk mengemudikan rute tertentu mulai Februari, menurut Zona Russet Tamayo, seorang direktur di Badan Pengaturan dan Waralaba Transportasi Darat.
"Kami bertekad untuk mengimplementasikan program ini karena manfaatnya jauh lebih besar daripada kekurangan program yang disalahpahami," kata ketua Teofilo Guadiz III.
Sekitar 76% pemilik jeepney telah memilih untuk bergabung dalam program ini dan lebih dari 1.700 koperasi telah dibentuk. Namun para aktivis menyanggah angka-angka tersebut dan menuntut pemerintah untuk memikirkan kembali rencananya.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
Foto: Aksi Wulan Guritno Main Jetski di Danau Toba