Karangasem Living Museum, Terobosan Paket All in One Bali Otentik di Pulau Dewata

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Karangasem Living Museum, Terobosan Paket All in One Bali Otentik di Pulau Dewata

Ni Made Nami Krisnayanti - detikTravel
Sabtu, 20 Jan 2024 13:40 WIB
BALI, INDONESIA - JUNE 23: Women from Indigenous community of Tenganan Pegringsingan ride ancient spinning wheels called Ayunan Jantra after the Pandanus war ritual called Mekare-Kare on June 23, 2022 in Tenganan Pegringsingan Village, Bali, Indonesia. The ancient Bali Aga Tenganan Pegringsingan village is different from the other villages in Bali, especially in their belief in the God of Indra and Balinese culture are intertwined in the communitys daily life. The village also has its own territory and preserves its traditions in ways contrasting those found in other villages in Bali. Tengananese people on the island of Bali celebrate a month long ceremony called Usabha Sambah to demonstrate respect to the God Indra, the Hindu god of war. One of the rituals during the ceremony is a Pandanus War or Mekare Kare, where two Tengananese men duel each other to shed the blood for the offerings. The tradition originated from a belief that they have to make blood sacrifices to Indra. When the men and boys shed their blood during the battle, this is the ultimate sacrifice and devotion to Indra, and also shows dedication to their community. (Photo by Agung Parameswara/Getty Images)
Tradisi ayunan Jantra di Desa Tenganan Pegringsingan Bali (Agung Parameswara/Getty Images)
Karangasem -

Karangasem menghidupkan museum dengan cara spesial. Dibangunlah ekosistem bernama Karangasem Living Museum agar Karangasem mempunyai keistimewaan daya pikat Bali nan otentik.

Karangasem merupakan kabupaten yang terletak di Bali timur dan jauh dari pusat pariwisata. Bagus Wisnawa, bidang operasional Samsara Living Museum, menyebut banyak tantangan yang dialami oleh warga Kabupaten Karangasem untuk cuan. bahkan, untuk menggaet wisatawan yang rasanya gampang dilakukan daerah lain di Pulau Dewata.

Selain persoalan jarak, Bagus Wisnawa menyebut, pertanian juga bukan hal mudah dilakukan di Karangasem. Sebab, 87% areal di Karangasem terdiri dari lahan kering.

Dia juga menyebut Karangasem merupakan kawasan berisiko tinggi dengan gunung berapi aktif yaitu Gunung Agung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menyadari beragam tantangan di Kabupaten Karangasem, Bagus Wisnawa dan Agung Gunartawa, founder dari Samsara Living Museum menggagas program destination branding.

"Dari tantangan yang ada, saya bersama Pak Gus Agung selaku founder dari Samsara Living Museum merancang sebuah problem solving yang tidak boleh sama dengan tempat lainnya. Akhirnya kami mencetuskan sebuah program destination branding," kata Bagus Wisnawa.

Bagus Wisnawa menjelaskan bahwa Karangasem merupakan sebuah tempat yang masih otentik di Bali. Nah, itulah yang ditonjolkan. Kemudian, muncul wisata Karangasem Living Museum.

"Dalam rangka menghadirkan Karangasem sebagai Bali yang otentik, kami membangun sebuah program destination branding bernama Karangasem Living Museum. Kami menganggap Karangasem Living Museum sebagai sebuah museum kehidupan masyarakat Karangasem," kata Bagus Wisnawa.

Konsep yang diartikan sebagai keseharian masyarakat Karangasem yang masih berinteraksi dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi, ritual, dan budaya yang secara turun temurun diamanatkan oleh nenek moyang sebagai penafsiran nilai-nilai kehidupan manusia Bali.

Tak hanya terbatas pada kegiatan upacara, ritual, dan tradisi masyarakat Karangasem saja, tetapi juga mencakup warisan budaya benda dan tak benda, pelestarian budaya, karya seni termasuk artefak, serta makna filosofi yang terkandung dalam setiap ritual tersebut.

Karangasem Living Museum bertujuan membangun partisipasi aktif masyarakat dalam melakukan upaya penguatan komitmen untuk selalu menjaga, memaknai dan memanfaatkan warisan yang ada mulai dari rumahnya masing-masing.

6 Destinasi Karangasem Living Museum

Karangasem Living Museum memiliki enam destinasi baik itu museum dan peninggalan sejarah yang bisa traveler kunjungi. Mulai dari Samara Living Museum, Tenganan Pegringsingan, Museum Pustaka Lontar, Puri Agung Karangasem, Sajeng Living Museum, hingga Museum Sanghyang Dedari.

ADVERTISEMENT

Yuk simak keunikan masing-masing destinasi!

1. Samsara Living Museum

Samsara Living Museum mempersembahkan suatu konsep yang merekonstruksi siklus kelahiran dan kematian manusia Bali yang dibingkai melalui ritual. Hal ini bertujuan untuk melestarikan budaya Bali khususnya dalam siklus hidup manusia. Nama Samsara berasal dari filosofi Agama Hindu yang bermakna kelahiran kembali menjadi lebih baik.

Di sini traveler bisa menemukan berbagai hal tentang siklus hidup manusia. Traveler bisa berkunjung ke main display gallery, taman upakara, workshop area, dan mencoba berbagai macam aktivitas menarik seperti cooking class & arak making.

Samsara Living Museum berada di Jalan Telaga Tista, Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. Samsara Living Museum buka setiap hari mulai pukul 09.00 - 15.30 WITA.

Untuk traveler yang ingin berkunjung akan dikenakan biaya sebesar Rp 100 ribu/orang untuk wisatawan mancanegara dan domestik, untuk wisatawan lokal Bali akan dikenakan biaya sebesar Rp 50 ribu.


2. Desa Tenganan Pegringsingan

Desa Tenganan Pegringsingan dikenal sebagai salah satu desa Bali Aga atau Bali Kuno yang hingga saat ini masih mempertahankan kebudayaan, adat istiadat, dan nilai tradisional yang diwariskan dari leluhur.

Keunikan dari Desa Tenganan Pegringsingan ini terletak pada budayanya yang masih sangat kental. Beberapa kebudayaan yang masih bisa traveler jumpai di sini yaitu kain gringsing dan tradisi perang pandan atau mekarΓ©-karΓ©.

Desa Tenganan Pegringsingan terletak di ujung timur pulau Bali tepatnya di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Untuk traveler yang berkunjung tidak akan dikenakan biaya tiket masuk, namun pihak pengelola akan memungut donasi seikhlasnya.

Traveler dapat berkunjung mulai pukul 07.00 WITA - 18.00 WITA.

3. Museum Pustaka Lontar

Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban adalah museum komunitas karena dibangun oleh warga desa adat/Pakraman Dukuh Penaban. Pembangunan museum mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2017.

Museum Pustaka Lontar menyimpan berbagai lontar yang isinya mulai dari tata cara kehidupan ritual hingga keseharian. Semua catatan ini pun masih dijadikan pedoman aturan di masyarakat adat Bali.

Di Museum Pustaka Lontar, Traveler akan mendapatkan culture experience dan edukasi untuk mengenal lontar sebagai sumber ilmu pengetahuan. Traveler akan melihat catatan dari masa lalu yang hingga saat ini masih relevan dengan kehidupan masyarakat Bali.

Museum Pustaka Lontar berlokasi di Desa Adat Dukuh Penaban, Karangasem, Bali. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 08.30 - 16.30 WITA. Traveler tak dipatok untuk harga tiket masuk karena di Museum Pustaka Lontar masih menerapkan sistem donasi.

4. Puri Agung Karangasem

Puri Agung Karangasem adalah salah satu bukti peninggalan Kerajaan Karangasem yang masih eksis menjadi destinasi wisata sejarah. Puri Agung Karangasem terbilang puri yang sangat istimewa, hal ini karena arsitektur bangunan Puri Agung Karangasem memadukan 3 budaya yaitu China, Eropa, dan Bali.

Unsur budaya China dapat traveler lihat dari sisi candi yang menggunakan Candi Gelung dan bagian ukiran pintu istana yang identik dengan bangunan China. Budaya Eropa terlihat pada relief-relief pada tembok serta bagian atas bangunan. Unsur Bali dapat traveler temukan pada bentuk motif ukiran patung-patung yang banyak ada di Puri Agung Karangasem.

Puri Agung Karangasem terletak di Jalan Sultan Agung, Karangasem, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Destinasi bersejarah ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 - 19.00 WITA. Bagi traveler yang berkunjung akan dikenakan biaya masuk sebesar Rp 30.000/orang.

5. Sajeng Living Museum

Sajeng Living Museum adalah sebuah museum yang memperkenalkan arak khas Bali. Di museum ini traveler bisa melihat langsung proses pembuatan arak dan mencicipi langsung arak khas Bali.

Sajeng Living Museum mengangkat konsep Twalen yang merupakan semangat kebersamaan yang mengedepankan manusia, alam, dan ritual sakral. Ketiganya mempunyai ikatan yang kuat untuk menjaga eksistensi dan keberlangsungan Twalen yang berujung pada kesejahteraan bersama, ketahanan budaya, dan ekosistem yang terjaga.

Sajeng Living Museum terletak di Sidemen, Karangasem.

6. Museum Sanghyang Dedari

Museum Sanghyang Dedari merupakan sarana edukasi bagi generasi muda tentang Tari Sanghyang Dedari, mulai dari properti yang digunakan hingga proses atau ritual pementasan.

Tari Sanghyang Dedari bermakna sebagai penolak bala. Tarian ini sudah diwarisi secara turun temurun. Menurut cerita, Tarian Sanghyang Dedari sudah ada sejak zaman pra-Hindu.

Jika dilihat dari konsepnya, Museum Sanghyang Dedari adalah museum yang unik. Hingga saat ini, museum ini adalah satu-satunya museum yang menyajikan dengan lengkap terkait Tari Sanghyang Dedari yang sakral.

Museum Sanghyang Dedari berada di Banjar Dinas Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Bagi traveler yang tertarik berkunjung ke Museum Sanghyang Dedari, hingga saat ini pengelola tidak mematok biaya tiket masuk, namun menerapkan sistem donasi.

Tak perlu khawatir, jika berkunjung ke sini traveler akan ditemani langsung dengan guide atau petugas dari yayasan yang akan menemani traveler berkeliling di sini. Traveler bisa berkunjung ke Museum Sanghyang Dedari setiap hari mulai pukul 08.00 - 16.00 WITA.




(fem/fem)

Hide Ads