Wisata gorila Rwanda laris manis setelah harga tur diturunkan. Strategi itu dilanjutkan.
Dilansir dari English News pada Sabtu (27/1/2024), wisata gorila itu menawarkan pengalaman treking untuk mencari jejak gorila di Gunung Berapi Taman Nasional Rwanda utara. Tarif normal untuk turis adalah USD 1.500 atau sekitar Rp 23 juta per orang.
Namun usai pandemi Rwanda memberikan harga promo, tiket itu dibanderol USD 500 atau sekitar Rp 7,8 juta per orang untuk turis asing dan warga negara Afrika. Sementara itu, penduduk Rwanda dan Afrika Timur hanya membayar USD 200 atau sekitar Rp 3,1 juta per orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andrew Gatera, pendiri G-Step, sebuah perusahaan tur di Rwanda, menyambut baik perpanjangan ini. Harga promosi dirasa lebih terjangkau.
"Memperpanjang tarif promosi sangat positif karena memberikan peluang bagus bagi operator pariwisata Rwanda untuk menjual tiket trekking gorila kepada lebih banyak wisatawan karena ini membuat produknya lebih terjangkau," kata dia.
Gatera menambahkan tarif khusus itu mengembangkan pasar regional dan domestik, sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan bagi pemerintah dan operator tur.
Operator tur lain, Pacifique Ndayisaba, mengatakan hal yang serupa. Tarif promosi akan menyederhanakan tugas perusahaan tur dalam menarik wisatawan. Tiket promosi ini membuat usaha berkembang.
Pakar pariwisata Rwanda Louise Mukandekezi mengatakan tarif diskon itu dapat meningkatkan pariwisata Afrika Timur.
"Banyak wisatawan yang mungkin memanfaatkan visa turis tunggal Komunitas Afrika Timur yang menawarkan banyak izin masuk Kenya, Uganda dan Rwanda, hanya dengan satu dokumen," kata dia.
Saat ini, populasi gorila di Rwanda telah meningkat berkat upaya konservasi. Sensus tahun 2016 melaporkan 604 orang di Virungan Masif Afrika berkontribusi dalam peningkatan populasi gorila yang mencapai 1.063 ekor. Spesies ini pun tidak lagi dikategorikan sebagai yang terancam punah.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan