Bayi Tabung Badak Putih Utara Berhasil, Pejantan Terakhir Dikenang Lagi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bayi Tabung Badak Putih Utara Berhasil, Pejantan Terakhir Dikenang Lagi

Femi Diah - detikTravel
Senin, 29 Jan 2024 13:10 WIB
FILE PHOTO: The last surviving male northern white rhino named Sudan is seen at the Ol Pejeta Conservancy in Laikipia, Kenya June 18, 2017. REUTERS/Thomas Mukoya/File Photo
Sudan, badak putih utara jantan terakhir di dunia yang mati pada 2018. Foto diambil pada 2017. (Thomas Mukoya/Reuters)
Jakarta -

Upaya bayi tabung dari badak putih utara berhasil dengan indukan badak putih selatan. Harapan spesies itu berlanjut membuat pejantan terakhir yang sudah mati dikenang lagi.

Badak putih selatan bunting dari transfer embrio badak putih utara. Keberhasilan itu membuat dunia harap-harap cemas menunggu kelanjutan keturunan badak putih utara, yang saat ini tinggal dua ekor, itu pun semuanya betina. Keduanya adalah Najin (35 tahun) dan putrinya, Fatu (24 tahun), yang hidup d cagar alam Ol Pejeta Conservancy, Kenya dan dijaga ketat oleh militer.

Kehamilan badak putih selatan itu membuka lagi kenangan terhadap Sudan, badak putih utara terakhir di dunia. Sampai-sampai badak itu dijuluki 'jejaka paling dicari di dunia" oleh aplikasi kencan Tinder. Sudah juga mendapatkan julukan "badak paling terkenal" oleh berbagai outlet berita, dan "raksasa lembut" oleh para penjaga bersenjata yang mengawasinya 24 jam sehari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Taman Safari DvΕ―r KrΓ‘lovΓ© di Republik Ceko dari tahun 1975 hingga 2009. Dia kemudian dipindahkan ke Ol Pejeta Conservancy di Laikipia, Kenya.

Dia diawasi dengan ketat, sebagai upaya terakhir untuk mendorong prokreasi dengan para betina dari subspesiesnya. Tidak berhasil.

ADVERTISEMENT

Sudan mati pada 19 Maret 2018, dalam usia 45 tahun. Kematiannya menghancurkan harapan untuk menyelamatkan badak putih utara dari kepunahan.

Ya, kematian Sudan ditangisi dunia. Sudan mati pada 19 Maret 2018 pada umur 45 tahun. Sudan disuntik mati karena sakit dan sudah terlalu tua.

Kematian Sudan menjadi pertanda kepunahan fungsional bagi subspesies badak putih utara. Dan, harapan untuk menambah jumlah badak putih utara itu muncul lima tahun kemudian. Proses bunting pada Badak berlangsung sekitar 16-18 bulan, sehingga diperkirakan kelahiran dapat terjadi pada tahun depan.

Saat ini ada 16.803 badak putih di Bumi, semuanya adalah badak putih selatan, kecuali Najin dan Fatu.

Foto Terakhir Sudan

Dikutip dari BBC, kenangan mengenai Sudan diabadikan jurnalis foto AFP, Tony Karumba, yang memotretnya di cagar alam Ol Pejeta di kaki Gunung Kenya, pada 5 Desember 2016. Itu sekitar 15 bulan sebelum kematian badak tersebut.

Foto karya Karumba menunjukkan hubungan penuh kasih antara manusia di cagar alam dan Sudan. Foto ikonik itu menunjukkan momen dalam perawatan badak putih utara, perawatan yang terlambat, oleh spesies yang membinasakan mereka.

"Ada kepercayaan dan cinta di seluruh momen itu. Berada di hadapan Sudan bagi saya selalu terasa seperti mengunjungi orang bijak," kata Karumba.

"Sikapnya, meskipun badannya sangat besar, bagai menunjukkan kesabaran yang tenang terhadap saya dan meskipun para penjaganya selalu berada di luar bingkai kamera saya, Sudan menerima saja ketika saya ganggu, dan bersikap seolah-olah dia sadar akan simbolismenya sebagai ikon terakhir subspesiesnya," dia menambahkan.

Foto tersebut menampilkan profil kepala Sudan dan dua culanya, ciri khas subspesies badak putih. Dua cula Sudan sengaja dipotong untuk mencegah pemburu liar.

William Fowlds, seorang dokter hewan satwa liar dan aktivis konservasi, telah menyaksikan secara langsung dampak berdarah dari perburuan liar di Afrika Selatan, rumah bagi lebih banyak badak dibandingkan negara lain. Menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, pada 2022, terdapat 448 badak yang dibunuh secara ilegal, dan 451 badak pada tahun 2021 di Afrika Selatan.

Tingkat kebrutalan yang dilakukan terhadap badak bergantung pada tingkat pengalaman pemburu liar, yang biasanya menggunakan gergaji atau parang untuk memotong culanya, kata Fowlds.

"Potongan wajah dan daging terbang dari tubuhnya, mendarat beberapa meter dari badak, darah berceceran di tumbuh-tumbuhan di sekitarnya. Bisa dilihat tanda-tanda di tanah kalau hewan itu mencoba melarikan diri," kata Fowlds.

Satu kata terlintas di benak Fowlds saat melihat foto Sudan: kesepian.

Michael Pritchard, direktur program di Royal Photographic Society di Inggris, menyebut Sudan bukanlah badak biasa. Dia mewakili hubungan satwa dan manusia, bahkan setelah kematiannya.

"Kita telah menginvasi dunia mereka. Kita telah menghancurkan habitat mereka. Kita telah memisahkan mereka satu sama lain. Kini, kita tiba pada masa ketika hanya ada sedikit dari mereka yang tersisa di planet ini. Sosok Sudan merangkum hubungan antara dunia hewan dan umat manusia," kata Pritchard.

"Secara negatif mungkin, tapi ada juga hubungan positif antara manusia dan badak yang harus kita perjuangkan. Pada akhirnya, saya melihatnya sebagai gambaran positif," dia menambahkan.




(fem/fem)

Hide Ads