Berwisata dan berinteraksi di alam liar sedang ramai diminati turis. Salah satu hewan yang sering dijumpai dalam wisata alam liar adalah monyet.
Monyet memang lucu dan menggemaskan. Namun, beberapa kali terdengar kasus tentang monyet yang mencuri barang manusia bahkan menyerang saat di tempat wisata. Hingga ramailah sebutan 'monyet gila', 'monyet setan' di media sosial bahkan media.
Serangan monyet baru-baru ini melibatkan berbagai spesies di berbagai negara. Diantaranya adalah kera ekor panjang dan kera ekor babi di Thailand, kera Jepang di Jepang, dan lutung Hanoman di India.
Dalam Live Science, Senin (5/2/2024) diungkapkan salah satu penyebab utama serangan monyet adalah habituasi berlebihan. Habituasi adalah proses yang digunakan peneliti hewan untuk mendapatkan kepercayaan hewan, hingga mereka dapat mengikuti dan mencatat prilakunya.
Namun, hewan juga bisa terbiasa dengan keberadaan manusia secara tidak sengaja. Misalnya, tupai di taman kota yang sudah terbiasa dengan keramaian dan makanan manusia.
Ketika hewan kehilangan rasa takutnya terhadap manusia dan menjadi pengganggu, mereka menjadi 'santai'. Dalam kasus pembiasaan berlebihan, faktor utamanya adalah makanan manusia. Apa yang dimakan manusia sangat menarik bagi satwa liar. Ini padat nutrisi, mudah dicerna dan tersedia di tempat sampah, ransel tanpa pengawasan, atau bahkan langsung dari manusia.
Dari sudut pandang ekologi, hewan mempunyai insentif untuk memanfaatkan sumber daya berkualitas tinggi ini. Jadi, tidak mengherankan jika hewan akan menyesuaikan rasa takut dan perilaku alaminya.
Monyet adalah hewan yang cerdas. Mereka memiliki daya ingat yang panjang dan kemampuan belajar yang mengagumkan. Banyak kelompok monyet yang terbiasa dengan keberadaan manusia sering kali melecehkan wisatawan, dengan merebut barang-barang wisatawan.
Beberapa monyet menjadi sangat mahir dalam hal ini sehingga mereka tahu barang mana yang berharga bagi wisatawan, yang akan mereka 'tukarkan' dengan makanan. Dengan kata lain, mereka akan mencuri ponsel Anda, dan akan menjatuhkannya saat Anda memberi mereka makanan.
Penyebab lain monyet menyerang wisatawan adalah ketidaktahuan manusia dengan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan vokalisasi hewan tersebut. Bahkan monyet yang sangat terhabituasi biasanya akan memberikan peringatan sebelum menyerang seseorang.
Namun orang yang tidak berpengalaman dengan perilaku monyet sering salah mengartikan ekspresi wajah yang mengancam sebagai ekspresi ramah atau lucu.
Apa yang dilakukan supaya terhindar dari serangan monyet?
Satu hal yang penting, wisatawan harus paham bahwa hewan liar berbeda dengan hewan peliharaan di rumah. Terutama monyet, yang hidup di alam liar dan mencari makan untuk bertahan hidup.
Pasti traveler tak tahu kan, jangan menyeringai atau menunjukkan gigi ke monyet. Karena mereka menganggapnya ini bentuk serangan lho.
Jadi, apa yang harus dilakukan supaya wisatawan dan monyet sama-sama berada 'di zona aman' walau berada di wilayah yang sama?
1. Beri mereka ruang. Menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, sebuah jaringan organisasi lingkungan hidup, disarankan untuk menjaga jarak tujuh meter dari hewan. Hal ini membantu hewan tidak merasa terancam dan juga mengurangi risiko penularan penyakit.
2. Jangan berdiri di antara hewan dan jalur keselamatannya, atau antara hewan dewasa dan hewan muda.
3. Hindari kontak mata langsung atau memperlihatkan gigi Anda karena monyet mungkin menganggapnya agresif.
4. Bagi banyak spesies primata, ancaman umum termasuk gigi terbuka (termasuk beberapa orang menguap), tatapan langsung dengan kepala menunduk, dan gerakan lunge pendek atau tamparan tangan ke tanah.Jika seekor hewan melakukan hal-hal ini, mundurlah secara diam-diam.
5. Jangan memberi makan monyet.
Simak Video "Video: Ekspresi PM Thailand Usai Diskors dari Jabatannya"
(sym/wsw)