Tahun Kabisat berulang empat tahun sekali. Seperti pada 2024 ini.
Tahun Kabisat ditandai dengan tahun yang habis dibagi empat dan habis dibagi 400. Tahun Kabisat memiliki hari yang lebih panjang, yakni 366 hari, sedangkan biasanya setahun ada 365 hari.
Satu hari tambahan tersebut adalah tanggal 29 Februari yang terulang empat tahun sekali. Disebut hari kabisat atau leap day.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut fakta-fakta tentang hari kabisat:
1. Aturan Tahun Kabisat
Umumnya, satu tahun terdiri dari 365 hari. Perhitungan itu didasarkan pada peristiwa Bumi mengorbit matahari yang membutuhkan waktu sekitar 365,25 hari atau 365 hari enam jam
Namun, karena satu tahun hanya terdiri dari 365 hari maka sisa waktu pengorbitan matahari digantikan setiap empat tahun di bulan Februari. Untuk mengganti sebagian hari yang hilang, NASA menambahkan satu hari pada ke kalender setiap empat tahun yang kemudian disebut tahun kabisat.
Dikutip dari situs LAPAN, berikut cara menentukan tahun kabisat.
- Apabila angka tahun tersebut habis dibagi dengan 400, maka tahun itu adalah tahun kabisat
- Apabila angka tahun tersebut tidak habis dibagi dengan angka 400, namun malah habis dibagi angka 100, maka tahun tersebut bukanlah tahun kabisat.
- Apabila tahun tersebut tidak habis dibagi 400 ataupun 100, namun habis dibagi dengan angka 4, maka tahun itu adalah tahun kabisat
- Apabila tahun tersebut tidak habis dibagi 400, 100, maupun 4, maka dipastikan tahun tersebut bukanlah tahun kabisat.
Contohnya pada tahun 2017, 2018, 2019, dan 2020. NASA telah mengurangi sekitar enam jam atau seperempat hari dari tahun 2017, 2018, dan 2019, dan harus mengganti waktu tersebut di tahun 2020.
Tahun 2024 termasuk tahun yang tidak habis dibagi 400 ataupun 100, tetapi habis dibagi dengan angka 4. Dengan demikian, 2024 termasuk tahun kabisat dan memiliki tanggal 29 Februari.
2. Andai tidak ada hari kabisat
Jika hari kabisat tidak dimasukkan dalam kalender maka kalender dan musim tidak akan sinkron.
"Tanpa tahun kabisat, setelah beberapa ratus tahun kita akan mengalami musim panas di bulan November. Natal akan jatuh pada musim panas. Tidak akan ada salju. Tidak akan ada Natal," kata Younas Khan, seorang instruktur fisika di Universitas Alabama di Birmingham seperti dikutip dari AP.
3. Kalender Julian
Pada masa Kekaisaran Romawi, Julius Caesar memperkenalkan kalender Julian pada tahun 46 SM. Kalender itu sepenuhnya berdasarkan matahari dan menghitung satu tahun dengan 365,25 hari, jadi setiap empat tahun sekali ditambahkan satu hari ekstra.
Sebelum itu, bangsa Romawi menghitung satu tahun dengan 355 hari. Di bawah kepemimpinan Julius, terjadi penyimpangan. Ada terlalu banyak tahun kabisat. Satu tahun matahari tidak tepat 365,25 hari.
Kalender Julian adalah model yang digunakan oleh dunia Barat selama ratusan tahun. Kemudian, hadirlah Paus Gregorius XIII yang mengkalibrasi lebih lanjut. Kalender Gregoriannya mulai berlaku pada akhir abad ke-16.
Kalender itu masih digunakan sampai sekarang dan, tentu saja, tidak sempurna. Namun kalender ini adalah perbaikan besar, mengurangi penyimpangan menjadi hanya beberapa detik.
Gregorius menghilangkan beberapa hari ekstra yang terakumulasi pada kalender Julian dan mengubah aturan pada hari kabisat. Paus Gregorius dan para penasihatnyalah yang membuat perhitungan yang sangat rumit tentang kapan seharusnya atau tidak seharusnya ada tahun kabisat.
Dikarenakan kalender Julian lebih panjang 0,0078 hari (11 menit dan 14 detik) daripada tahun tropis, kesalahan dalam ketepatan waktu berangsur-angsur terakumulasi.
Antara tahun 46 SM dan 1582 M, akumulasi kesalahan ini berjumlah total: 0,0078 x (1582 + 46) = 12,7 hari.
Pada 1582, Gregorius XIII mereformasi kalender dengan menetapkan bahwa semua tahun yang habis dibagi 4 adalah tahun kabisat, kecuali tahun abad, yang harus habis dibagi 400 untuk menjadi tahun kabisat.
3. Masalah administrasi
Lahir di tahun kabisat pada hari kabisat tentu saja spesial. Namun, berpotensi sedikit merepotkan dari perspektif administrasi.
Beberapa pemerintah dan lembaga mengharuskan formulir untuk diisi, dan di antaranya menyertakan ulang tahun. Beberapa dokumen meminta mereka yang ulang tahun pada hari kabisat memilih antara 28 Februari atau 1 Maret.
Teknologi telah mempermudah bayi kabisat dalam hal pencatatan. Namun, ada kemungkinan masalah dalam hal sistem kesehatan, polis asuransi, dan dengan bisnis serta organisasi lain yang tidak memiliki tanggal tersebut.
Ada sekitar 5 juta orang di seluruh dunia yang merayakan ulang tahun kabisat dari sekitar 8 miliar orang di planet ini.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda