Suhendi (53), mungkin orang paling berjasa dalam penelitian eksistensi harimau Jawa yang dilakukan tim dari BRIN. Begini kisah petani asal Desa Cipendeuy ini:
Suhendi berjasa karena membantu tim peneliti saat menelusuri jejak Si Raja Rimba tersebut. Semua berawal dari geger di tahun 2019 yang mengundang sejumlah peneliti dari BKSDA dan BRIN untuk mendatangi sebuah lokasi di Sukabumi.
"Iya betul saya yang mengantar para peneliti, sekitar 5 orang tamu yang datang. Saya antar ke Sungai Gunting lalu ke Situ Habibi palih girang (sebelah hulu). Cicadas sampai ke Batu Bokor, Gua Batu Bokor," kata Suhendi, Sabtu (23/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menceritakan saat itu sengaja menelusuri jejak hewan yang dilihat oleh Ripi Yanur Fajar alias Riri warga yang melihat langsung penampakan harimau.
"Mapay-mapay jejak harimau di pinggiran sungai, habitatnya memang di dekat pohon kayu, banyak gua di situ. Sebagian sudah tertutup. Namun bekas-bekasnya di pohon area pinggiran Sungai Gunting," ujarnya.
Kala itu, ditemukan sejumlah jejak berharga terkait hewan tersebut, bekas-bekasnya kemudian dikumpulkan oleh tim untuk dijadikan bahan penelitian.
"Ada kotorannya dan bekas cakar di situ, rambut . Ada gua, sekitar area itu banyak ditemukan. Kebanyakan juga di pohon bekas cakaran," tutur Suhendi.
Suhendi mengatakan, sebenarnya keberadaan harimau bagi masyarakat setempat bukanlah suatu hal yang mengherankan.
Sejak dia kecil, banyak cerita terkait kemunculan harimau itu. Bahkan, sekitar tahun 2020, ia pernah melihat langsung hewan tersebut.
"Kalau cerita dari dulu memang ada, kisah dari orang tua dan warga desa yangs udah sepuh. Katanya si belang ada sejodoh, tapi kalau sendiri lihatnya hanya satu ekor itu kejadiannya 2020," cerita Suhendi.
"Harimaunya yang kabur, lokasinya di Sungai Gunting di dekat gua ada semak-semak. Lokasi tanahnya dari menurun ke landai, nah di situ posisinya," sambung dia.
Lokasi Gua Batu Bokor berada tidak jauh dari permukiman warga, hanya sekitar 1 kilometer. Habitat di lokasi itu dibiarkan rimbun karena berada di kawasan hutan rakyat.
"Meskipun dekat, namun tidak pernah ada kejadian hewan itu menyerang warga. Kalau ke ternak kalau tidak salah pernah kejadian, di tahun 2022. Makan domba, jeroannya ditinggal, badan domba dibawa. Ada jejak-jejaknya di kandang dan di tanah area kandang. Jadi posisi gua tempat habitat harimau ini berada di perbatasan Kampung Cimandala dan Cibanteng," pungkasnya.
-------
Artikel ini telah naik di detikJabar.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!