Sebuah desa unik di India menjadi desa paling sering dilanda hujan dibanding tempat lain di dunia. Bahkan, penduduknya sampai malas keluar rumah.
Jika di Indonesia, Bogor menjadi kota yang paling sering dilanda hujan. Namun, Bogor ternyata bukan pemenangnya di dunia. Adalah Mawsynram, desa unik di India yang menjadi pemenangnya.
Melansir Daily Star, Minggu (7/4/2024), desa Mawsynram disebut sangat indah. Namun, para penduduknya menyatakan bahwa tempat ini berisiko untuk ditinggali. Terletak di Perbukitan Khasi, India, desa ini tak hanya sekedar basah, tetapi juga penuh hijauan berkat air hujan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Curah hujan kota ini sekitar 11.873 mm setiap tahunnya. Jika dibandingkan Bogor, beda jauh. Mengutip website resmi Kota Bogor, curah hujan di kota tersebut sekitar 3.500-4.000 mm. Artinya, curah hujan di desa Mawsynram nyaris tiga kali lipat.
"Kami dikunjungi sekitar 10.000 wisatawan setiap tahunnya. Selama musim hujan, banyak orang yang suka berkunjung karena curah hujannya sangat deras, terutama pada bulan Juni hingga September," kata warga, Jyotiprasad Oza, kepada Mirror.
![]() |
Hujan di Mawsynram bukanlah hujan gerimis biasa, menurut laporan, terkadang, ketika hujan mulai turun, hujan akan terus turun selama berhari-hari tanpa jeda. Penduduk setempat sering kali harus berlari ke dalam rumah untuk menghindari hujan yang bisa tidak berhenti selama seminggu penuh.
Selain berlangsung lama,, debit air hujan yang tumpah juga sangat banyak. Pada satu hari di bulan Juni dekade lalu, turun hujan dengan curah 1.003 mm mengguyur desa ini. Ini bahkan dua kali lebih banyak dari curah hujan yang jatuh ke London dalam satu tahun.
Menurut penduduk lokal, dampak dari curah hujan yang tinggi di desa itu bisa sangat menghancurkan.
"Selama hujan deras, tidak mungkin untuk keluar rumah. Kami tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari. Kami tidak boleh keluar rumah saat hujan. Kadang-kadang anak-anak tidak bisa pergi ke sekolah saat hujan. Hal ini cukup berbahaya," jelas Jyotiprasad.
Dampak curah hujan yang tinggi bisa berupa tanah longsor dan banjir. Sementara listrik juga sering padam dan persediaan air bersih menjadi sangat terbatas. Selain bahaya yang mengancam, sifat daerah yang basah tak henti-henti membuat beberapa orang ingin pindah ke tempat yang lebih kering.
"Kami lebih memilih untuk pindah ke tempat yang tidak terlalu sering turun hujan," kata Jyotiprasad, sambil menambahkan bahwa hanya sedikit orang yang pindah ke daerah tersebut.
Ada banyak alasan mengapa curah hujan di desa ini sangat tinggi. desa ini berada pada ketinggian 1,400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ini tak jauh berbeda dengan ketinggian Gunung Andong di Magelang yang sekitar 1.726 mdpl.
Berarti desa itu memiliki iklim dataran tinggi yang menjadi lebih intens oleh udara hangat dan lembab yang naik dari Teluk Benggala selama musim hujan. Selain itu, juga karena letaknya yang sejajar dengan Perbukitan Khasi membuat menghalangi aliran udara dari teluk.
Kendati demikian, warga lokal di Mawsynram telah menemukan cara cerdas untuk hidup dengan hujan yang terus menerus. Mereka membuat rumah kedap suara untuk memblokir suara keras hujan yang menghantam atap rumah.
![]() |
Mereka juga menggunakan payung tradisional yang disebut Knup, yang berukuran besar dan berbentuk seperti kerang, terbuat dari bambu dan daun pisang. Tetapi bukan hanya hujan yang membawa orang ke Mawsynram. Pemandangan, lanskap, dan air terjun yang menakjubkan menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang mencintai alam. Salah satu tempat terbaiknya adalah Air Terjun Nohkalikai, yang merupakan air terjun tertinggi keempat di dunia.
(wkn/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!