Mengenal Seni Batik Lukis yang Lebih Disukai Turis Asing ketimbang Warlok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Seni Batik Lukis yang Lebih Disukai Turis Asing ketimbang Warlok

Arawinda Dea Alisia - detikTravel
Senin, 13 Mei 2024 12:11 WIB
Workshop batik lukis di Batik Seno Painting, Yogyakarta
Batik Seno di Yogyakarta (Arawinda Dea Alisia/detikcom)
Yogyakarta -

Berdiri sejak tahun 1979, Batik Seno menjadi galeri batik lukis terbesar di Yogyakarta. Didirikan oleh Taslim, seorang maestro lukisan batik populer yang telah wafat pada 2016, kini Batik Seno menjadi sentra batik lukis favorit turis mancanegara.

Galeri Batik Seno memamerkan ribuan lukisan batik yang telah dibuat oleh para pelukis yang bekerja sama dengan Batik Seno. Tidak hanya hasil akhirnya saja, traveler yang berkunjung ke Batik Seno akan disambut dengan hangat. Mendengarkan penjelasan sekaligus melihat secara langsung proses pembuatan lukisan batik dari awal hingga akhir.

"Tamu yang datang tidak ditarik HTM, kami jelaskan, tidak beli juga tidak apa-apa. Jika tidak banyak tamu, pengunjung boleh mencoba mencanting. Namun jika ingin belajar lebih dalam, kami ada kelas workshop mulai dari 75 ribu," kata Melinda, pemilik Batik Seno, saat ditemui detikTravel di galerinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melinda menyebut, hampir 80% pengunjung yang datang adalah turis asing. Pertama, lokasinya memang dekat dengan Kampung Turis Prawirotaman. Kedua, ternyata bule sangat tertarik dengan batik lukis.

"Orang bule cenderung lebih suka ke lukisan daripada baju. Karena mereka ga pakai. Kalo mereka cari kain, kalo ga buat sarung, ke pantai, atau taplak meja. Jadi jarang untuk baju karena motif (batik) terlalu ramai. Jadi mereka cenderung ke lukisan, mereka menikmati seni lewat batik tulis," kata Melinda

ADVERTISEMENT

Setiap harinya selalu ada pengunjung yang datang 4-5 orang turis. Entah sekadar mampir untuk melihat lihat, membeli lukisan, atau bahkan belajar langsung melalui workshop. Melinda menyebut setiap harinya pesanan semakin meningkat, bahkan bulan ini sudah memasuki high seasonnya.

"Sudah ekspor, kalau lagi ramai bisa jual 100-an (lukisan) sehari, karena satu orang bisa pesan 4-5 lukisan. High season tahun ini kira-kira sampai bulan Oktober. Tahun lalu lebih pendek, hanya Mei sampai September. Terima kabar dari agen, tahun ini membludak karena tahun lalu masih pemulihan covid," kata Melinda.

Melinda mengatakan saat ini, Galeri Batik Seno memiliki 12 karyawan, termasuk para pelukis. Batik Seno juga menerima batik lukis dari pelukis di luar jika tertarik dengan motifnya.

"Tidak ada sistem titip di sini. Kalo motifnya bagus kami beli. Karena banyak pembatik yang cenderung tua, jadi mereka melukis di rumah, dan cenderung di desa-desa seperti Bantul, Kulon Progo, jarang yang di kota," Kata Melinda.

Batik Seno menawarkan dua tipe kain untuk lukisannya, yaitu kain katun dan sutra. Pengerjaan sutra lebih riskan karena tidak boleh ada kesalahan, sedangkan katun masih memungkinkan untuk dihapus jika ada koreksi.

Kain sutra juga lebih licin saat di canting, sehingga melalui pantauan detikTravel, para pelukis terlihat diam dan tenang saat membatik.

Selain pengerjaannya yang hati-hati, pembuatan batik lukis sangat bergantung pada matahari karena faktor pewarnaan. Bahan kimia indigosol color menjadi pewarna utama lukisan yang pigmentasi warnanya sangat bergantung pada sinar ultraviolet.

"Dalam sehari warna bisa berbeda, kalau mataharinya beda. Misal warna biru, ada matahari bisa kuat banget, tapi kalau membuat warna biru di jam 17.30 itu misal bisa jadi abu-abu," kata Melinda.

Itulah sebabnya harga lukisan batik di Batik Seno bervariasi mulai dari Rp 150.000 untuk ukuran paling kecilnya yaitu 25x25 cm. Hingga yang termahal dengan ukuran 90x200 cm dibanderol seharga Rp 2.400.000. Selain itu, tersedia pula lukisan batik oleh special artist seperti Ciptoning, Adhi P., dan Yessy Noer dengan harga yang berbeda pula.

Melinda mengaku lebih banyak melihat para turis belajar seni lukis batik di galerinya. Adapun, semangat warga lokal tidak semenggebu-gebu para turis asing. Ia bahkan menuturkan pengalamannya membimbing turis asal Jepang yang telaten belajar lukis batik selama enam bulan.

"Ada waktu itu orang jepang enam bulan di sini. Dia nggak mau kuliah, tiap hari datang ke sini. Setelah enam bulan dia pulang, sampai di sana dia ambil design fashion," kata Melinda.

Harapan Melinda selalu sama untuk batik. Dia berharap anak muda bangsa bisa terus melestarikan budaya batik selamanya.

Baginya, jika semangat nasionalisme itu tidak cukup kuat memberi dorongan motivasi, cobalah untuk membatik sebagai refleksi diri dalam mencari ketenangan batin.

Menurutnya, membatik itu bukan sekadar melukis, tapi tentang ketenangan hati dan pikiran. Konsistensi garis di kain akan tercermin dari pengendalian emosi diri. Oleh karenanya, membatik dapat membantu relaksasi pikiran yang sedang kalut dengan emosi.




(fem/fem)

Hide Ads