Gunung Fuji Jual Tiket Online untuk Jalur Populer

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gunung Fuji Jual Tiket Online untuk Jalur Populer

bonauli - detikTravel
Rabu, 15 Mei 2024 06:05 WIB
Gunung Fuji di Jepang
Ilustrasi Gunung Fuji (Getty Images/iStockphoto)
Tokyo -

Gunung Fuji, ikon pariwisata Jepang, dilanda overtourism. Pemerintah negeri sakura pun membatasi pendakian dengan menerapkan sistem baru penjualan tiket.

Dilansir dari AFP pada Rabu (15/5/2024), sistem baru itu penjualan tiket dilakukan secara online untuk pendakian jalur paling populer di Gunung Fuji. Yakni, di jalur Yoshida, yang ada di Yamanashi.

Sistem penjualan itu dibuat online sebagai respons pemerintah setempat setelah mengumumkan pembatasan pendaki per hari di jalur itu, yakni 4.000 orang per hari. Tiketnya dijual sebesar 2.000 yen atau sekitar Rp 206 ribu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, pendaki khawatir bakal kecele karena ditolak masuk saat tiba di kaki gunung ketika batas harian jumlah pendaki terpenuhi.

"Sistem ini akan menjamin orang-orang dapat masuk melalui gerbang baru yang memungkinkan mereka merencanakan perjalanan terlebih dahulu," kata Katsuhiro Iwama, seorang pejabat dari daerah Yamanashi.

ADVERTISEMENT

Pemesanan online akan dibuka pada 20 Mei untuk musim pendakian Juli-September. Setiap hari setidaknya ada 1.000 tiket akan disisakan untuk pembelian offline.

Puncak Gunung Fuji tertutup salju hampir sepanjang tahun. Ini membuat pemandangan sangat unik dan menjadi daya tarik wisatawan dunia.

Saking cantiknya pemandangan sunrise dari puncak gunung, banyak turis yang melakukan pendakian tidak terencana dan buru-buru. Tak jarang mereka jadi terluka atau sakit saat mendaki gunung setinggi 3.766 mdpl tersebut.

Selain mendakinya langsung, memotret gunung ini dari sebuah minimarket Lawson juga jadi daya tarik. Warga sampai kesal karena turis bikin ribut dan melanggar aturan.

Pada awal bulan ini, pemerintah setempat akhirnya membangun tembok penghalang di belakang minimarket agar tidak ada lagi turis yang ke sana.

Setelah pandemi, Jepang mengalami penurunan mata uang Yen yang menyebabkan banjirnya turis Eropa dan AS di sana. Pemerintah masih akan terus menerapkan beberapa kebijakan untuk mengatasi overtourism yang mulai mengganggu warga.




(bnl/fem)

Hide Ads