Maskapai Arab Borong Pesawat, Pesan 105 Unit dari Airbus

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Maskapai Arab Borong Pesawat, Pesan 105 Unit dari Airbus

Syanti Mustika - detikTravel
Rabu, 22 Mei 2024 12:05 WIB
Airbus A220-300
Ilustrasi pesawat Airbus ( Putu Intan/detikcom)
Jakarta -

Saudia Group mengumumkan bahwa mereka memesan 105 pesawat dari Airbus. Itu menjadi kesepakatan terbesar yang pernah ada dalam sejarah penerbangan Arab Saudi.

Diberitakan CNN, Rabu (22/5/2024) pemesanan besar-besaran itu disampaikan oleh Ibrahim Al-Omar, direktur jenderal Saudia Group, pemilik maskapai penerbangan Saudia dan maskapai penerbangan bertarif rendah Flyade. Pesawat pertama akan dikirim pada kuartal pertama tahun 2026.

"Grup Saudia hari ini mengumumkan kesepakatan terbesar dalam sejarah penerbangan Saudi," kata Ibrahim di Future Aviation Forum di Riyadh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam websitenya, Saudia Group saat ini terdiri dari 93 pesawat Airbus dan 51 pesawat Boeing, menurut situs webnya. Tentu kesepakatan ini menambah jumlah Airbus yang dimiliki grup ini.

Al-Omar tidak merinci apakah jumlah pesawat yang dipesan atau nilai total pesanan itulah yang menjadikannya kesepakatan penerbangan terbesar di Arab Saudi. Namun, dalam siaran persnya, penyelenggara Future Aviation Forum mengatakan pesanan baru tersebut berjumlah $19 miliar.

ADVERTISEMENT

Dalam pernyataan terpisah, Al-Omar mengatakan tatanan baru ini akan membantu mewujudkan Visi Arab Saudi 2030, sebuah program yang bertujuan untuk mendiversifikasi perekonomian negara dari minyak. Bagian penting dari program ini adalah menjadikan kerajaan ini sebagai tujuan wisata.

"Saudia memiliki tujuan operasional yang ambisius untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Kami meningkatkan kapasitas penerbangan dan kursi di lebih dari 100 destinasi kami di empat benua, dengan rencana untuk perluasan lebih lanjut," katanya.

Arab Saudi menargetkan 150 juta wisatawan per tahun pada tahun 2030.

Berita 'panas' untuk Boeing

Berita kesepakatan besar di dunia penerbangan ini menjadi tamparan bagi Boeing yang sedang berhadapan dengan rentetan keamanan pesawatnya. Mereka disoroti semenjak pintu pesawat Boeing 737 yang diterbangkan Alaska Airlines copot di tengah penerbangan.

Insiden ini telah mendorong sejumlah penyelidikan terhadap praktik Boeing, perombakan eksekutif, dan janji bahwa perusahaan tersebut akan mengubah kebijakannya.

Namun Boeing telah mengalami kesulitan sejak kecelakaan fatal pada pesawat 737 Max pada tahun 2018 dan 2019 yang mengakibatkan pesawat terlarisnya dilarang terbang selama 20 bulan.Ditambah lagi terkena dampak pandemi ini yang membuat perjalanan udara terhenti lama dan menyebabkan kerugian besar bagi sebagian maskapai penerbangan yang membeli pesawat Boeing.

Sejak dimulainya penutupan perusahaan pada tahun 2019, perusahaan telah melaporkan kerugian yang disesuaikan dengan total lebih dari $31 miliar. Sejak awal tahun ini, harga sahamnya anjlok hampir 28%.

Meskipun memiliki tumpukan pesanan sebanyak lebih dari 5.600 jet komersial, senilai $529 miliar, Boeing tidak dapat membuat pesawat dengan cukup cepat setiap tahunnya untuk menghasilkan keuntungan karena perusahaan tersebut berupaya mengatasi masalah kualitasnya.

Sementara itu, Airbus, melaporkan simpanan pesanan hampir 8,600 pesawat pada akhir tahun 2023 dan membukukan laba sebesar 3,8 miliar euro (USD 4,1 miliar) untuk tahun tersebut.




(sym/fem)

Hide Ads