Ivan Moningka, Gemar Koleksi Barang, kemudian Buka Kafe di Jaksel

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ivan Moningka, Gemar Koleksi Barang, kemudian Buka Kafe di Jaksel

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Rabu, 22 Mei 2024 19:05 WIB
Ivan Moningka, pemilik Kampoeng Gallery di Kebayoran Lama, Jaksel
Ivan Moningka, pemilik Kampoeng Gallery di Kebayoran Lama, Jaksel (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
Jakarta -

Kampoeng Gallery merupakan kafe yang berada dekat dengan Stasiun Kebayoran Lama dan Pasar Loak Kebayoran Lama. Pemiliknya, Ivan Moningka.

jarak dengan Stasiun Kebayoran Lama dan Pasar Loak Kebayoran Lama itu menjadi daya tarik kafe tersebut. Ivan justru menonjolkan barang-barang bekas dan jadul yang mungkin dianggap sebagai barang tak berguna oleh sebagian orang sebagai benda yang bisa menemani nongkrong dan ngopi.

Ivan atau akrab disapa om Ivan menyebut sudah menyukai barang-barang bekas sejak duduk di bangku sekolah. Kegemarannya terhadap buku dan terlebih musik yang membawanya untuk mengoleksi barang tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya koleksi barang-barang selain buku dan rilisan musik dan perybahan status dari single menjadi 'ganda campuran' alias beristri, Om Ivan mulai mendapatkan pertanyaan senada dari sang istri. Dia berkeluarga dan mendapatkan pertanyaan dari sang istri. Dia juga diminta untuk memilih keluarga atau barang koleksinya.

Om Ivan pun memilih keluarga, namun bukan berarti membuang semua koleksinya. Dia menyortir barang koleksinya yang patut dipertahankan dan yang harus dijual.

ADVERTISEMENT

Dari pertimbanganya tersebut akhirnya ia menjual beberapa barang koleksi yang masih bernilai. Karena tempatnya yang dekat dengan pasar loak, dia pun mulai menjajakan barang-barangnya. Ternyata barang-barang bekas yang ia jual banyak yang laku, yang artinya barang koleksinya banyak peminat.

"Ternyata setelah gua lihat ada penghasilan yang lumayan nih dari gua jual barang-barang gua. Wah ternyata peminatnya banyak banget," tuturnya kepada detikTravel, Selasa (21/5/2024).

Melihat peluang yang besar di depan mata, ia pun dengan nekad berhenti bekerja untuk memfokuskan diri di bidang yang ia gemari ini. Momentum itu terjadi pada 2010. Di tahun itu menjadi pintu keduanya menyelami barang bekas dan sampai akhirnya membuka tempat nongkrong ini.

Di titik itu pula ia mulai memahami lebih dalam lagi dan melihat peluang yang semakin terbuka untuk ia mendapatkan keuntungan yang sebenarnya tak seberapa. Melalui Kampoeng Gallery dan barang-barang yang ia koleksi harapannya bisa menjadi literasi untuk generasi muda tentang cerita di balik koleksinya ini.

Ivan Moningka, pemilik Kampoeng Gallery di Kebayoran Lama, JakselIvan Moningka, pemilik Kampoeng Gallery di Kebayoran Lama, Jaksel (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

"Jadi barang-barang ini gua bukan menjual (kesan) vintage tapi gua menjual history. Dengan adanya wadah Kampoeng Gallery ini mereka jadi mengenal dan meliterasi dirinya sendiri 'oh ternyata barang-barang zaman dulu tuh kaya gini'," kata dia.

Dia mengatakan siklus barang jadul sedang berputar di atas lagi. Fkatnya, kata Ivan, generasi sekarang banyak yang menyukai dan menggunakan barang-barang jadul. Sebagai contoh ia menyebut cara berbusana kalangan muda sekarang yang mengulang gaya-gaya zaman ketika ia muda.

Kemudian, Om Ivan juga menjelaskan terkait barang-barang yang ia koleksi seperti minuman-minuman soda dan sabun mandi. Dengan barang yang dimilikinya itu, anak-anak muda yang datang ke tempatnya bisa melihat secara langsung barang tersebut dan akan dijelaskan oleh Om Ivan.

Inilah yang ia maksud dengan meliterasi melalui barang-barang jadul. Om Ivan juga memperlihatkan koleksi buku yang ia miliki dan Kampoeng Gallery memperbolehkan pengunjung untuk membacanya tanpa dikenai biaya sepeser pun alias gratis. Tapi hanya untuk dibaca di tempat saja tidak diperkenankan untuk dipinjam dan di bawa, kecuali dibeli oleh pengunjung.

Medio 2013 nama Kampoeng Gallery ia kukuhkan sebagai wadah anak muda mengabiskan waktu senggangnya. Memang sedari 2010 tempat ini sudah ia jalankan tapi untuk penamaan Kampoeng Gallery baru tercetus pada tahun 2013.

"Dan di tahun 2013 saya bikin nama dan nama itu Kampoeng Gallery dan ada teman saya namanya Om Hari Murti yang ngomong 'kasih nama lah tempatnya masa dari 2010 sampai 2013 nggak ada nama," kata dia.

Ia pun mendefinisikan Kampoeng Gallery ini bukanlah cafe, melainkan tempat nongkrong. Alasannya karena supaya ekosistem komunitas bisa berkembang di area ini, banyak ruangan yang multifungsi seperti ada area jamming, area baca buku, area diskusi dan lainnya.

Ini lah yang membuatnya tak menyebut dan memasang titel cafe pada Kampoeng Gallery, upayanya dalam meliterasi khalayak luas melalui barang-barang jadul nyatanya mendapat respon positif. Tak hanya masyarakat luas yang hadir silih berganti tetapi berbagai komunitas ikut andil dalam mempergunakan tempat ini sebagai ruang mereka dalam berekspresi.

"Di sinilah yang membuat Kampoeng Galley tetap eksis sampai sekarang karena adanya hubungan dengan komunitas dan teman-teman yang rasa dan visi yang sama," Ivan menjelaskan.

Dan untuk komunitas dan siapapun yang ingin menggunakan area di Kampoeng Gallery ini, Om Ivan tak memungut biaya apapun. Hal ini ia sebutkan karena untuk mempermudah mereka dalam mencari ruang untuk berekspresi.

"Untuk membangun rasa seni dan budaya dari teman-teman muda, saya memberikan free buat mereka untuk misalnya 'om saya punya bakat seperti ini, pengen dong perform di Kampoeng Gallery boleh nggak' silahkan dengan biaya yang free," dia menambahkan.

Di tempat ini juga beberapa kali Om Ivan menggelar monolog, teater, tari-tarian, gelaran musik daerah dan musikalisasi puisi. Jadi Kampoeng Gallery ini selain menjadi tempat nongkrong yang asik dan memiliki segudang cerita dari barang-barang jadul juga tempat komunitas-komunitas untuk berkembang dan mengekspresikan diri mereka.

Sebagai wadah yang mudah digapai, Kampoeng Gallery bertransformasi dari yang asalnya tempat menjual barang bekas koleksi pemiliknya menjadi ruang komunal yang bisa dipakai untuk berbagai kegiatan dengan biaya gratis.




(fem/fem)

Hide Ads