Keberanian pemerintah Jepang untuk menutup salah satu spot yang populer sebagai atraksi baru membuat turis kecewa. Tapi, apakah efektif?
Dilansir dari SoraNews24 pada Rabu (22/5), Kota Fujikawaguchiko di Prefektur Yamanashi memasang tirai pemandangan berwarna hitam di seberang mini market Lawson.
Ketenaran spot ini dimulai dari media sosial. Jumlah pengunjung membengkak hingga tidak dapat diatur, mengganggu lalu lintas, pejalan kaki dan bagian depan klinik gigi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penduduk mengeluh tentang ke kelakuan minus wisatawan mulai dari merokok di sembarang tempat, membuang sampah sembarangan dan menyeberang jalan sembarang.
Di Jepang adalah tabu untuk menyeberang di luar penyeberangan, yang mana terletak di ujung jalan. Bahkan orang Jepang tidak akan menyeberang di saat lalu lintas sepi, kalau lampu penyeberangan pejalan kaki merah.
Ketika ada turis yang melakukan pelanggaran ini, penduduk menganggap itu sebagai ancaman.
Alhasil, pemerintah kota setempat turun tangan untuk mengatasi masalah tersebut dengan memasang tirai sebagai tembok penghalang. Ada sembilan pagar selebar tiga meter dan tinggi 80 cm yang telah dipasang di tepi jalan untuk mencegah orang menyeberang di luar penyeberangan.
Daerah ini pada dasarnya adalah pemukiman yang tidak pernah dirancang untuk menjadi lokasi wisata, sehingga pemerintah kota setempat berharap tembok penghalang akan mengembalikan keadaan seperti dulu. Penduduk Jepang terbiasa dengan keadaan tenang dan teratur.
Meskipun keefektifan layarnya belum terlihat, masyarakat di Jepang memiliki beberapa rekomendasi bagi mereka yang ingin memotret gunung dan toko serba seperti di Fujikawaguchiko di tempat lain.
Mungkin, hasilnya tidak sedramatis foto Gunung Fuji di Fujikawaguchiko. Namun ini menjadi pengingat bagi turis agar mengikuti peraturan saat hendak mengambil foto di Jepang.
Terlebih lagi, pemerintah daerah lebih berani dalam mengambil sikap dalam menentang pariwisata yang berlebihan ketika penduduk merasa terancam. Jepang betul-betul cinta pada peraturan, mereka tidak takut menutup tempat wisata demi kedamaian penduduknya.
(bnl/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?