Parkir di Jatiluwih Dikeluhkan Wisatawan: Sempit-Kurang Luas

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Parkir di Jatiluwih Dikeluhkan Wisatawan: Sempit-Kurang Luas

Ahmad Firizqi Irwan - detikTravel
Senin, 08 Jul 2024 16:10 WIB
Desa wisata Jatiluwih di Bali
Foto: DTW Jatiluwih di Tabanan, Bali (dok. Kemenparekraf)
Tabanan -

Lahan parkir di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Tabanan dikeluhkan banyak wisatawan. Lahan parkir dan akses jalan ke persawahan itu sempit dan kurang luas.

Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya mengakui keterbatasan lahan parkir di Jatiluwih itu. Menurut Sanjaya, keluhan itu muncul seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke kawasan Jatiluwih.

Ia mengatakan ruas jalan itu awalnya memang bukan diperuntukkan sebagai jalan umum. Jalan itu hanya dilalui oleh para petani yang pergi berladang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Leluhur masa lalu kan tidak memikirkan bahwa akan ada bus. Ini kan memang jalan subak. Nggak ada jalan subak itu besar, pasti kecil," kata Sanjaya di sela-sela pembukaan Festival Jatiluwih, Sabtu (6/7) akhir pekan lalu.

Lahan parkir di DTW Jatiluwih saat ini baru bisa menampung sedikit kendaraan dan 400-500 wisatawan per hari. Ia pun membandingkan dengan daya tampung parkir DTW Tanah Lot dan DTW Ulun Danu Beratan yang bisa membawa 7.000-8.000 wisatawan per hari.

ADVERTISEMENT

Pelebaran jalan maupun pembukaan lahan parkir di Jatiluwih tidak bisa sembarangan. Musababnya, kawasan tersebut sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

"Persoalan parkir sudah lama kita ketahui. Makanya saya bilang, urusan parkir di sini tidak sembarang karena ini kan heritage," imbuh Politikus PDIP itu.

Sanjaya berjanji bakal membahas persoalan parkir di DTW Jatiluwih. Ia berharap kawasan persawahan itu bisa menampung lebih banyak wisatawan seperti DTW Tanah Lot dan Ulun Danu Beratan.

"Astungkara, dekat-dekat ini kami rapatkan bersama masyarakat di sini," ujarnya.

Status Warisan Budaya Dunia UNESCO Harus Dipertahankan

Sanjaya berujar, ia akan mengatur pembangunan di sekitar kawasan subak Jatiluwih agar status dari UNESCO itu tidak dicabut dan tetap dipertahankan.

Pembangunan di tengah situs budaya dunia itu tentu tidak sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan UNESCO. Ia berencana kembali mendiskusikan permasalahan hal dengan prajuru adat dan pengusaha wisata setempat.

"Kalau sudah diatur, saya yakinlah bisa kita pertahankan heritage UNESCO ini. Tinggal diatur, sabar lagi dikit," jelasnya.

Manajer DTW Jatiluwih I Ketut Purna setali tiga uang. Ia berharap pembangunan di kawasan itu ditata sesuai aturan demi mempertahankan status dari UNESCO. Menurutnya, predikat warisan budaya dunia itulah yang membuat wisatawan berdatangan ke Jatiluwih.

"Kami akan membuat konsensus lokal dulu antara bendesa adat, perbekel, pekaseh, dan semua yang ada di kampung ini. Kami buat paruman (musyawarah) bersama, setelah itu kami bawa ke Pemda (Tabanan)," kata pria yang akrab disapa John itu.

--------

Artikel ini telah naik di detikBali.




(wsw/wsw)

Hide Ads