Toilet Jepang Jadi Jorok karena Turis, Tagihan Airnya Rp 10 Juta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Toilet Jepang Jadi Jorok karena Turis, Tagihan Airnya Rp 10 Juta

bonauli - detikTravel
Senin, 22 Jul 2024 05:39 WIB
Ilustrasi toilet umum
Ilustrasi toilet (Getty Images/iStockphoto/cezars)
Kamakura -

Melemahnya mata uang yen semakin membuat Jepang populer sebagai destinasi liburan murah. Ada beberapa masalah yang mulai muncul, salah satunya toilet kotor.

Kebersihan Jepang diakui sebagai salah satu budaya dan bagian dari agama Shinto. Tiap sudut Jepang terkenal bersih, sampai ke toilet umumnya.

Kebersihan tidak hanya dijaga di negara mereka sendiri oleh warganya. Mereka yang bepergian ke negara lain juga tetap menerapkannya. Kisah timnas sepakbola Jepang bersama suporternya dan kebersihan menjadi cerita yang diulang-ulang dan terus membuat takjub warga dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, belakangan ini kebersihan di Jepang tidak lagi sempurna. Bukan oleh warga, tetapi rekor Jepang soal kebersihan dinodai turis asing.

Ya, kedatangan turis dalam jumlah besar ke Negeri Sakura membuat masalah baru. Mereka tak cuma memenuhi toilet umum, tapi juga kamar kecil di toko-toko suvenir.

ADVERTISEMENT

Dilansir dari Asahi Shimbun pada Senin (22/7/2024), pemilik usaha lokal di Kota Kamakura mulai muak dengan turis. Turis-turis asing yang datang membuat antrean panjang, penyumbatan, biaya tak terduga, dan kerusakan toilet.

Sebuah toko serba ada di dekat Stasiun Kamakura memasang tanda 'Toilet tutup pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur'. Namun di bagian dalam ada tanda bertuliskan 'Silakan masukkan kode kunci untuk membuka kamar mandi'.

Penggunaan toilet mulai dibatasi, hanya pelanggan toko saja yang boleh mengaksesnya.

Toko tersebut sebenarnya mulai membatasi akses toilet sejak empat atau lima tahun lalu. Tapi itu tidak membendung arus antrean turis yang datang hanya untuk menggunakan toilet. Bahkan, antrean itu menghalangi pintu masuk dan membuat calon pembeli pergi.

Kekecewaan pemilik usaha pada turis tergambar jelas. Toilet tokonya jadi sering kotor. Sampah berupa penghangat saku sekali pakai, tutup plastik untuk gelas minuman masuk ke jamban dan membuat toilet tersumbat.

Staf toko harus membersihkan toilet dan melakukan perawatan yang tidak menyenangkan, sehingga mengalihkan mereka dari pekerjaan utama yaitu melayani pelanggan.

Biaya keuangan yang ditanggung oleh toko juga tidak main-main. Pernah suatu kali, mereka mendapat tagihan air bulanan sekitar 100.000 yen atau Rp 10 jutaan.

Bosan dengan drama toilet, satu atau dua tahun yang lalu toko-toko mengunci pintu dengan kait tipe PIN.

Di dekat stasiun terdapat MUJIcom Hotel Metropolitan Kamakura, sebuah toko pakaian dan restoran, yang memperkenalkan sistem PIN untuk dua toiletnya pada bulan Desember 2023. Toilet ketiga di lokasi tersebut, yang merupakan fasilitas serbaguna, tetap tidak dibatasi.

Toko tersebut memasang kunci tepat sebelum Tahun Baru karena mengantisipasi kerumunan pengunjung toilet yang akan mengunjungi kuil Tsurugaoka Hachimangu yang terkenal pada Tahun Baru.

Toilet telah lama menjadi sumber stres. Orang-orang terus-menerus mencuri tisu toilet. Di musim panas, orang-orang yang mandi sering berganti pakaian di dalam toilet toko yang membuat toilet semakin kotor.

Permasalahan diperparah dengan jumlah wisatawan asing yang terus meningkat. Mereka juga perlu menggunakan toilet, namun kebanyakan tidak memiliki etika yang baik.

Pemerintah Kota Kamakura, Prefektur Kanagawa memiliki 39 toilet umum yang tersebar di area kota. Meski kedatangan banyak turis, namun pejabat kota mengkonfirmasi bahwa mereka tidak akan menambah fasilitas umum seperti toilet.

"Sulit dilakukan dengan anggaran terbatas," kata dia.

Biaya pembersihan tahunan untuk 39 toilet umum adalah sekitar 42 juta yen atau Rp 4,3 miliar, dan tagihan air tahunan untuk toilet adalah sekitar 12 juta yen atau Rp 1,2 miliar, kata pemerintah kota.

"Toilet di pintu keluar timur Stasiun Kamakura jadi yang paling sering digunakan oleh turis. Petugas perlu dibersihkan enam kali sehari pada hari kerja dan sembilan kali sehari pada akhir pekan dan hari libur," kata pemerintah kota.

Mengingat bebannya, pemerintah kota meminta sumbangan dari pengguna. Mereka dapat menyimpan uang tunai dalam kotak di pintu masuk toilet pria dan wanita.

Pemerintah kota mengatakan sumbangan berjumlah 700.000 hingga 800.000 yen per tahun atau Rp 82 jutaan, yang membantu mengimbangi biaya pembersihan dan pemeliharaan.

Sadahiro Otsu, direktur eksekutif Asosiasi Wisatawan Kota Kamakura, mengatakan dilema toilet adalah masalah besar bagi Kamakura.

Pemerintah perlu mengalokasikan sebagian anggaran pariwisata untuk renovasi dan pemeliharaan toilet, kata Otsu.

"Saya ingin melihat lebih banyak kesadaran bahwa tempat wisata kelas satu juga harus memiliki toilet kelas satu," dia menambahkan.




(bnl/fem)

Hide Ads