Beda Nasib dengan Stonehenge, Biara Kuno Gaza Jadi Situs Terancam UNESCO

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Beda Nasib dengan Stonehenge, Biara Kuno Gaza Jadi Situs Terancam UNESCO

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Minggu, 28 Jul 2024 09:20 WIB
A Pro-Palestinian supporter waves a Palestinian flag during a National March for Palestine in central London on February 17, 2024. The health ministry in Hamas-run Gaza said on February 17, 2024 that at least 28,858 people have been killed in the territory during the war between Palestinian militants and Israel. The war was triggered by Hamass October 7 attack on Israel, which resulted in the deaths of around 1,160 people, according to an AFP tally based on official figures. (Photo by JUSTIN TALLIS / AFP)
Ilustrasi Palestina (AFP/JUSTIN TALLIS)
Gaza -

Biara kuno di Gaza yang telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Status biara ini pun ditetapkan ke dalam daftar situs terancam dunia. Keputusan tersebut diambil oleh UNESCO, Jumat lalu di New Delhi, India.

Melansir dari Arab News, Sabtu (27/7/2024), biara kuno itu didirikan oleh Saint Hilarion pada 350 Masehi dan biara tersebut masuk ke dalam Tell Umm Amer yang merupakan situs arkeologi yang letaknya di wilayah pengungsian Nuseirat di Provinsi Deir Al-Balah, Gaza.

Pengajuan jadi situs terancam itu sudah dilakukan sejak tahun 2012 lalu dan baru bisa ditetapkan baru-baru ini karena situasi yang darurat. Duta Besar dan delegasi tetap Palestina untuk badan kebudayaan PBB, Mounir Anastas mengapresiasi capaian tersebut sebagai harapan bagi warga Gaza atas serangan dari Israel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mounir juga mengatakan sudah lebih dari 40.000 orang meninggal akibat serangan itu dan memporakporandakan sebagian besar infrastruktur di wilayah tersebut.

"Ini merupakan sebuah harapan bagi kami rakyat Gaza yang melarikan diri dari serangan bom, yang tidak memiliki tempat berlindung, tidak ada air, dan tidak punya makanan. Meski demikian mereka berkomitmen untuk melindungi warisan mereka, warisan ini adalah bagian dari memori dan sejarah rakyat kami," tegas Mounir.

ADVERTISEMENT

Awalnya pengajuan situs itu dilakukan oleh Belgia yang didukung 18 anggota Komite Warisan Dunia, yang menggunakan prosedur darurat yang ditetapkan dalam konvensi warisan dunia. Dan akhirnya Biara Saint Hilarion ditetapkan sebagai situs warisan dunia dengan status dalam bahaya.

Berdasar dari ketentuan konvensi, 195 negara termasuk Israel dilarang merusak situs tersebut secara langsung atau tidak langsung. Dan dicatatkan dalam konvensi itu untuk bekerja sama dalam melindungi bangunan tersebut.

"Setelah situs itu ditetapkan pada daftar warisan dunia dalam bahaya, ini berarti semua negara yang mengikuti konvensi harus ikut bertanggungjawab atas perlindungan dan mensosialisasikan situs tersebut," ucap Mounir.

"Dan ini juga merupakan pesan kuat untuk lainnya dari komunitas internasional kepada masyarakat Gaza, yang mengatakan bahwa komunitas tidak melupakan kami," tambahnya.

Sebagai informasi, Saint Hilarion merupakan penduduk asli wilayah Gaza dan dianggap sebagai Bapak monastisisme Palestina. Biara itu dulunya stasiun penting yang menghubungkan Mesir, Palestina, Suriah, dan Mesopotamia.

Juga dikaitkan dengan fenomena pusat-pusat gurun biara selama periode Bizantium dan menjadi bukti agama Kristen berada di Palestina. Bangunan ini juga jadi salah satu biara tertua di Timur Tengah dan kompleks ini terdiri dari dua gereja, tempat pemakaman, aula pembaptisan, pemakaman umum, juga aula audiensi.

Sekiranya 207 dari 320 situs arkeologi dan banguna sejarah yang memiliki nilai budaya dan sejarah telah hancur atau rusak berat, ini akibat serangan dari tentara Israel termasuk pemboman sembarangan di Jalur Gaza dalam 10 bulan terakhir ini. Termasuk Gereja Ortodoks St Porphyrios yang merupakan gereja tertua di dunia.

Masjid Agung Omari yang dibangun abad ke-12, Pasar Kota Tua Al-Qissariya yang berasal dari abad pertengahan, pelabuhan laut kuno Gaza yang dibangun sejak 800 SM, dan masih banyak lagi.

Penghancuran situs-situs ini juga dijelaskan dalam kasus yang diajukan oleh Afrika Selatan terhadap Israel ke Mahkamah Internasional. Mereka menuduh bahwa pembunuhan dan penghancuran warisan budaya di Gaza ini mencerminkan sifat Israel untuk menghancurkan rakyat Palestina dan identitas budayanya.




(bnl/bnl)

Hide Ads