Kisah Syeh Domba: Dulu Perampok, Lalu Tobat dan Jadi Santri

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Syeh Domba: Dulu Perampok, Lalu Tobat dan Jadi Santri

Achmad Hussein Syauqi - detikTravel
Selasa, 30 Jul 2024 23:05 WIB
Makam Syeh Domba di bukit Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten.
Foto: Makam Syeh Domba di Klaten (Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Tahukah kamu, di Klaten ada makam seorang ulama bernama Syeh Domba. Dulu, dia adalah seorang perampok. Namun, ia kemudian tobat dan menjadi santri Sunan Pandanaran.

Sebuah makam yang berada di bukit Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten sering dikunjungi peziarah. Makam yang tidak jauh dari makam Ki Ageng Pandanaran itu diyakini sebagai makam Syeh Domba, santri Ki Ageng yang dulunya perampok.

"Sejarah Syeh Domba itu terkait perjalanan Ki Ageng Pandanaran yang sebelumnya Bupati Semarang ke bukit Jabalakat. Di perjalanan sampai Salatiga dicegat Syeh Domba dan Syeh Kewel," tutur Kades Paseban, Eko Tri Raharjo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua orang itu, terang Eko, sebelumnya merupakan perampok yang mencegat Ki Ageng yang berjalan bersama istrinya. Kedua orang itu terus mengejar dan meminta apa yang dibawa.

"Mereka terus mengejar dan oleh Ki Ageng Pandanaran disuruh mengambil tongkat yang dibawa Nyi Ageng tanpa boleh menyentuh orangnya. Sudah dicoba tetapi tidak bisa sampai akhirnya Ki Ageng bilang kok ngeyel lagonmu koyo wedus (kok bangkang perilakumu seperti domba)," terang Eko.

ADVERTISEMENT

Ucapan Ki Ageng Pandanaran yang merupakan murid Sunan Kalijaga itu berakibat fatal. Kedua perampok itu kemudian bertingkah seperti domba dan satunya seperti ular.

"Keduanya akhirnya nyantri kepada Sunan Pandanaran, perilaku seperti domba dan ngewel itu sembuh setelah tiba di bukit Jabalakat. Setelah nyantri, keduanya bertugas mengambil air dari bawah bukit dengan keranjang," papar Eko.

Makam Syeh Domba di bukit Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten.Makam Syeh Domba di bukit Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Setelah meninggal dunia, sambung Eko, Syeh Domba dikuburkan di bukit Cakaran dan Syeh Kewel di Desa Nengahan. Nisan di makam Syeh Domba terbuat dari bahan kayu.

"Nisannya terbuat dari kayu. Bentuknya menyerupai domba dan hanya satu makam, sedangkan makam lainnya di sekitar adalah warga biasa," imbuh Eko.

Paiman, juru kunci makam membenarkan cerita seperti yang disampaikan pemerintah desa. Syeh Domba ceritanya merupakan santri Ki Ageng Pandanaran, seorang penyebar agama Islam.

"Ya itu santrinya Kanjeng Sunan, setelah tobat belajar ilmu agama Islam. Sering diziarahi kalau ramai malam Jumat," ungkap Paiman.

Pengunjung asal Purwodadi yang ditemui di lokasi mengatakan, dia datang karena penasaran. Sebab selama ini sejarahnya dikaitkan dengan Ki Ageng Pandanaran.

"Ya penasaran saja, ceritanya terkait Ki Ageng. Kebetulan saya lewat Klaten sekalian ke sini," katanya berlalu tidak bersedia menyebutkan nama.

Makam Syeh Domba tidak jauh berbeda dengan kompleks makam Sunan Pandanaran. Letaknya berada di puncak bukit Cakaran di barat bukit Jabalakat, tempat Ki Ageng Pandanaran dimakamkan.

Di atas bukit depan pintu masuk terdapat papan pengumuman sebagai Cagar Budaya pemerintah Kabupaten Klaten. Makamnya di dalam cungkup di bagian tengah.

-------

Artikel ini telah naik di detikJateng.




(wsw/wsw)

Hide Ads