6 Keluhan di Kampung Atlet Olimpiade: Kasur Keras, Panas, Tak Ada Privasi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

6 Keluhan di Kampung Atlet Olimpiade: Kasur Keras, Panas, Tak Ada Privasi

Weka Kanaka - detikTravel
Rabu, 31 Jul 2024 21:05 WIB
Desa Olimpiade Paris 2024
Kampung Atlet Olimpiade Paris 2024. (Nathan Laine via CNN)
Paris -

Dalam gelaran Olimpiade 2024 Paris, panitia penyelenggara menyiapkan Kampung Atlet untuk para atlet dan ofisial kontingen. Tetapi, kawasan itu dikeluhkan dan banyak di antara delegasi yang memilih untuk pindah.

Kampung Atlet Olimpiade dibangun untuk menjadi tempat tinggal sementara bagi 11 ribu atlet yang bertanding di Paris. Mereka bisa berlatih, beristirahat, dan bersosialisasi dengan atlet-atlet dari negara lain.

Kampung itu dibuat agar atlet mendapatkan pengalaman Olimpiade sepenuhnya. Namun, unggahan para atlet berkata sebaliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak yang mengeluhkan tempat itu karena menyediakan kasur beralas kardus yang keras, kurangnya privasi para atlet, hingga makanan yang disebut biasa-biasa saja. Itu bertolak belakang dengan predikat Paris sebagai salah satu pusat gastronomi dunia.

Berikut beberapa keluhan atlet di Kampung Atlet Olimpiade:

1. Minim Privasi

Salah satu pengkritik yang paling vokal adalah superstar tenis dari tim Amerika Serikat (AS), Coco Gauff. Petenis putri nomor dua dunia itu menunjukkan sejumlah masalah pada hunian itu.

ADVERTISEMENT

Karena merasa banyak malasah, timnas tenis AS memilih meninggalkan kampung atlet itu dan pindah ke hotel.

Dalam sebuah video Tiktok, Gauff memberikan video tur terkait kondisi dalam fasilitas senilai USD 1,6 miliar (sekitar Rp 26,06 triliun) tersebut. Ia mengungkapkan bahwa ia harus berbagi kamar mandi dengan 10 petenis yang merupakan kompetitornya di lapangan. Hingga kemudian, bukan cuma dia, tetapi lima petenis lain juga memutuskan pindah.

Bukan rahasia jika para petenis dunia sangat kompetitif. Bahkan, terkadang terbawa hingga di luar lapangan.

Kritikan juga datang dari atlet atletik AS, Chari Hawkins. Dia menyoroti kurangnya privasi untuk berganti pakaian karena tidak ada tirai di kamarnya.

2. Kasus Pencurian

Melansir News Week, Rabu (31/7/2024), serta yang paling parah adalah sejak para atlet dan delegasi menghuni tempat itu, setidaknya ada lima pengaduan pencurian yang masuk.

Pada Minggu (28/6), pemain rugby timnas Jepang melaporkan kehilangan cincin kawin, kalung, dan uang tunai dengan total sekitar 3 ribu Euro (sekitar Rp 52,9 juta).

3. Kasur Tak Nyaman

Selain itu, kasur tidur yang berbahan kardus yang heboh itu juga kembali mendapatkan kritik para atlet karena dianggap tidak nyaman dan cukup rapuh.

"Tempat tidurnya sangat keras. Mengerikan. Sangat, sangat sulit. Kami tiba dengan sangat telah sehingga pada akhirnya, kalian hanya berbaring dan langsung tertidur," kata pesenam Spanyol, Ana Perez.

Ia juga menyebutkan bahwa ia menumpahkan kopi di tempat tidur dan takut kopi itu akan menghancurkan tempat tidur kardus tersebut.

Senada, atlet senam timnas AS, Simone Biles, juga menyebut bahwa tempat tidur itu menyebalkan. Dia bahkan harus mencari mendapatkan pelapis kasur agar bisa tidur lebih nyaman.

Atlet dayung Swiss, Celia Dupre, menyebut kasur kardus itu sekeras batu.

"Tempat tidur dari kardus itu sangat tidak nyaman, sekeras batu. Dan kemudian selimut Olimpiade sangat gatal dan sangat panas," Dupre menyampaikan keluhannya.

Rangka tempat tidur du kampung atlet terbuat dari kardus sedangkan kasur merupakan airwave foam. Kasur itu dibuat agar ramah lingkungan karena bisa didaur ulang di Paris.

Di awal dikenalkan menjelang Olimpiade 2020 Tokyo, kasur itu dijuluki 'tempat tidur anti-seks' karena kerapuhannya yang disengaja.

4. Panas Menyengat

Penyelenggara berambisi membuat acara Olimpiade itu menjadi acara yang paling berkelanjutan yang pernah ada. Mereka memprioritaskan pendekatan ramah lingkungan di hampir semua lini.

Dengan pengutamaan ramah lingkungan, ada bagian yang tidak nyaman bagi atlet. Beberapa di antaranya mengeluhkan panasnya suhu di kamar mereka, mengingat Paris kini tengah berada di musim panas. Pada hari Selasa, diperkirakan suhu mencapai 35,5 derajat Celcius.

Tetapi, seperti sebagian besar wilayah Eropa lainnya, kompleks Kampung Atlet Olimpiade itu juga tidak memiliki penyejuk ruangan. Penyelenggara hanya menerapkan sistem pendingin air di bawah wisma atlet. Penerapan sistem pendingin itu dinilai tidak sepenuhnya berhasil.

"Ada air di dinding yang seharusnya menjadi sistem pendingin malah benar-benar panas, dan kami berada di lantai dua atau tiga," kata Dupre dalam sebuah video.

"Saya tidak dapat membayangkan orang-orang di lantai yang lebih tinggi," dia menambahkan.

Dikabarkan para atlet dari negara-negara seperti Kanada, Inggris, Italia, Jerman, Yunani, Denmark, dan Australia telah menggunakan pendingin udara portabel di sebagian atau seluruh kamar mereka.

5. Makanan Nggak Mendukung

Paris dikenal sebagai salah satu pusat gastronomi dunia. Itu membuat banyak atlet mengharapkan sajian makanan yang mengesankan saat Olimpiade 2014, namun kenyataan tidak seindah harapan.

Dilaporkan 60 persen menu makanan di sana adalah vegan. Itu menjadi tantangan sendiri bagi atlet yang mengandalkan pola makan berbahan dasar daging untuk menjaga kondisi fisik.

Prancis L'Equipe melaporkan bahwa makanan berprotein tinggi seperti telur dan daging panggang dijatah saat sarapan pada Sabtu. Bagi atlet, penjadwalan itu mempengaruhi kebutuhan mereka dan dinilai porsinya sedikit.

Perenang Australia, Ariarne Titmus, mengeluhkan menu itu menghambat upayanya untuk mencetak rekor dunia di nomor 400 meter gaya bebas pada Sabtu (27/7).

"Ini mungkin bukan waktu yang saya pikir saya mampu, tetapi tinggal di Kampung Atlet Olimpiade membuatnya sulit untuk di performa terbaik," kata Titmus dalam sebuah wawancara pada hari Minggu.

"Ini jelas tidak dibuat untuk performa tinggi, jadi ini tentang siapa yang benar-benar bisa menjaga pikirannya tetap tenang," kata dia.

6. Tidak Ada Perlakuan Khusus

Selain itu, hal lain yang dikeluhkan adalah tidak adanya perlakuan VIP yang diberikan kepada atlet saat bepergian ke dan dari pertandingan. Mereka harus menggunakan bus atau Metro Paris untuk mencapai stadion dan tempat lainnya.

Akibatnya, beberapa delegasi mempertimbangkan memindahkan atlet ke hotel yang lebih dekat dengan lokasi pertandingan, misalnya saja enam perenang Korea Selatan.

Menurut presiden Federasi Renang Korea (KSF), mereka meninggalkan Kampung Atlet Olimpiade dan pindah ke hotel di dekat arena renang untuk menghindari perjalanan panjang dengan bus yang panas.




(wkn/wsw)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Kampung Atlet Olimpiade
Kampung Atlet Olimpiade
7 Konten
Kampung atlet di Olimpiade 2024 berbeda ketimbang gelaran serupa sebelumnya. Dikonsep dengan mengutamakan lingkungan hijau, tanpa AC, kasur kardus, dll, tetapi menjadi polemik di kalangan atlet dan ofisial.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads