Indonesia selama masa pemerintahan Presiden Soeharto mengalami transformasi besar dalam berbagai sektor, termasuk pariwisata.
Sebagai seorang pemimpin dengan visi pembangunan yang kuat, Soeharto memandang pariwisata sebagai salah satu sektor potensial yang mampu mendongkrak perekonomian nasional dan memperkenalkan Indonesia kepada dunia internasional.
Pada masa pemerintahan Soeharto yang berlangsung dari tahun 1967 hingga 1998, Indonesia mengalami berbagai perubahan signifikan dalam sektor pariwisata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soeharto memahami bahwa pariwisata dapat menjadi salah satu sumber devisa utama bagi negara. Oleh karena itu, berbagai kebijakan dan program strategis diterapkan untuk mendorong pertumbuhan sektor ini.
Perkembangan Pariwisata pada Masa Orde Baru
Seiring dengan stabilitas politik dan keamanan yang tercapai setelah transisi dari pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru, pemerintah mulai fokus pada pembangunan infrastruktur yang mendukung sektor pariwisata.
Salah satu inisiatif besar adalah pembangunan jalan tol, bandara, dan pelabuhan yang tersebar di berbagai daerah wisata potensial.
Pemerintah meluncurkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang mencakup sektor pariwisata sebagai salah satu prioritas, dimana fokus utama adalah pada pembangunan infrastruktur dasar dan promosi pariwisata.
Di dalam setiap Repelita, pemerintah Orde Baru menerapkan berbagai kebijakan dan strategi untuk mengembangkan sektor pariwisata. Beberapa kebijakan utama itu antara lain:
a. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur yang masif, seperti jalan raya, bandara, pelabuhan, serta fasilitas pendukung lainnya, menjadi fokus utama.
Contohnya adalah pembangunan Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali yang menjadi gerbang utama masuknya wisatawan internasional.
b. Promosi Pariwisata
Pemerintah meningkatkan promosi pariwisata Indonesia di kancah internasional melalui partisipasi dalam berbagai pameran pariwisata global. Selain itu, kampanye promosi dengan slogan 'Visit Indonesia Year' berhasil menarik minat wisatawan mancanegara.
c. Deregulasi dan Kemudahan Izin
Soeharto juga menerapkan deregulasi dan mempermudah proses perizinan investasi di sektor pariwisata. Hal ini membuka peluang bagi investor asing untuk berinvestasi dalam pembangunan hotel, resort, dan destinasi wisata lainnya.
d. Pelestarian Budaya dan Alam
Pelestarian budaya dan alam menjadi fokus penting dalam pengembangan pariwisata. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga keunikan dan keaslian destinasi wisata Indonesia agar tetap menarik bagi wisatawan.
Salah satu Menteri Pariwisata yang terkenal di zaman Orde Baru adalah Joop Ave, yang sangat aktif dalam mempromosikan Indonesia di luar negeri.
Salah satu program unggulannya adalah 'Visit Indonesia Year 1991' yang berhasil meningkatkan jumlah kunjungan wisman secara signifikan. Ia juga memperkenalkan konsep Desa Wisata untuk memberdayakan masyarakat lokal dalam industri pariwisata.
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Nasional
Peningkatan sektor pariwisata di era Soeharto memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional. Penerimaan devisa dari sektor pariwisata meningkat pesat, memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Selain itu, sektor ini juga membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat, mulai dari industri perhotelan, restoran, transportasi, hingga industri kreatif.
Menurut data dari BPS, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara meningkat dari sekitar 700.000 pada tahun 1970-an menjadi lebih dari 5 juta pada akhir 1990-an.
Pendapatan devisa dari sektor pariwisata pun meningkat drastis, menunjukkan pentingnya sektor ini bagi perekonomian Indonesia.
Tantangan dan Kendala
Meskipun banyak keberhasilan yang dicapai, pengembangan pariwisata di era Soeharto juga menghadapi berbagai tantangan dan kendala. Beberapa di antaranya adalah:
a. Krisis Moneter 1997-1998
Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997-1998 memberikan dampak negatif terhadap sektor pariwisata. Banyak wisatawan mancanegara membatalkan rencana kunjungan mereka ke Indonesia akibat ketidakstabilan ekonomi dan politik.
b. Isu Keamanan
Beberapa insiden keamanan, seperti kerusuhan dan konflik sosial, juga mempengaruhi citra pariwisata Indonesia di mata dunia internasional. Pemerintah berusaha keras untuk mengatasi isu-isu ini demi menjaga kepercayaan wisatawan.
Warisan dan Pengaruh Jangka Panjang
Warisan kebijakan pariwisata di era Soeharto masih terasa hingga saat ini. Pembangunan infrastruktur dan promosi pariwisata yang dilakukan pada masa tersebut memberikan fondasi yang kuat bagi pengembangan pariwisata Indonesia di masa modern.
Beberapa destinasi wisata yang populer saat ini seperti Bali, Yogyakarta, dan Lombok mulai dikenal luas oleh wisatawan internasional sejak era Soeharto.
Sebagai catatan kesimpulan, Era Presiden Soeharto dengan Joop Ave sebagai Menteri Pariwisatanya, menandai periode penting dalam perkembangan pariwisata Indonesia.
![]() |
Dengan berbagai kebijakan dan program yang diterapkan, sektor ini berhasil menjadi salah satu sumber devisa utama bagi negara dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, warisan positif dari era Soeharto masih terasa hingga saat ini, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata terkemuka di dunia.
Dengan demikian, pariwisata di era Soeharto tidak hanya sekadar perjalanan untuk menikmati keindahan alam dan budaya, tetapi juga merupakan perjalanan panjang menuju pembangunan dan kesejahteraan bangsa.
Semoga dengan peringatan 79 tahun Indonesia merdeka, kita dapat terus mengembangkan sektor pariwisata dengan lebih baik lagi demi kemajuan Indonesia yang lebih gemilang.
------
Artikel ini ditulis Taufan Rahmadi, Pakar Strategi Pariwisata Nasional. Artikel merupakan kiriman pembaca detikcom dan tidak mewakili pandangan redaksi.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan