Ekspedisi Pegunungan Sanggabuana: Ditemukan 107 Kelompok Owa Jawa yang Langka

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ekspedisi Pegunungan Sanggabuana: Ditemukan 107 Kelompok Owa Jawa yang Langka

Irvan Maulana - detikTravel
Rabu, 02 Okt 2024 15:35 WIB
Seekor Owa Jawa (Hylobates moloch) bergelantungan di dahan pohon di kawasan hutan lindung Malabar, pegunungan Puntang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (30/8/2024). Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui PEP Subang Field Regional Jawa sebagai Subholding Upstream Pertamina berkolaborasi dengan Yayasan Owa Jawa melakukan pengamatan perilaku Owa Jawa dari jarak yang aman sebagai upaya penyelamatan primata langka di Gunung Puntang yang termasuk dalam program pelestarian keanekaragaman hayati. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/foc.
Ilustrasi Owa Jawa (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Karawang -

Dalam ekspedisi 40 hari di Pegunungan Sanggabuana, Yayasan Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) berhasil menemukan 107 kelompok Owa Jawa yang langka.

Leader tim Ekspedisi SCF, Bernard Triwinarta Wahyu Wiryanta mengatakan, Ekspedisi Owa Jawa Sanggabuana dilakukan sejak 31 Juli 2024 hingga awal September 2024 mengungkap beberapa temuan.

"Dalam ekspedisi Hylobates moloch di hutan pegunungan sanggabuana, ini kami melibatkan mahasiswa dari beberapa kampus di Jawa Barat, Perum Perhutani, dan prajurit Denharrahlat Kostrad Sanggabuana," kata Bernard, Minggu (29/9).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim Ekspedisi SCF menjelajahi semua kawasan hutan selama 40 hari, yang meliputi wilayah Kabupaten Karawang, Purwakarta, Cianjur, dan Bogor.

"Dalam semua kawasan hutan di 4 daerah yang kami jelajahi, dibagi menjadi 2 tim menyisir semua punggungan hutan, semua bukit dan puncakan, menyusuri jalur survei sepanjang 307 kilometer," kata dia.

ADVERTISEMENT

Ekpedisi Owa Jawa yang menggunakan metode jelajah ini, kata Bernard, telah berhasil mendata 107 kelompok Owa Jawa dengan total jumlah individu sebanyak 311 individu.

"307 individu Owa Jawa ini hidup di kawasan pegunungan Sanggabuana, dan yang lebih menggembirakan, mayoritas dari owa jawa yang ditemukan masih berusia muda, sebagian masih digendong oleh induknya," ucapnya.

Hal ini menandakan bahwa, Owa Jawa di Pegunungan Sanggabuana berkembang biak dengan baik, dan terdapat penambahan individu baru.

"Di beberapa blok hutan, hampir di setiap punggungan hutan ada kelompok Owa Jawa, bahkan terlihat induknya menggendong anak. Bahkan di salah satu blok hutan, basecamp kami juga didatangi hingga terdengar suara nyanyian Owa Jawa bersahut-sahutan dari seluruh penjuru hutan," ungkap Bernard.

Selain temuan yang menggembirakan tersebut, tim ekspedisi juga menemukan potensi ancaman terhadap owa jawa di Sanggabuana. Seperti perburuan liar, dan terutama alih fungsi lahan hutan yang menjadikan pohon sebagai pakan tempat tinggal owa jawa berkurang.

"Bahkan beberapa blok hutan ada yang sudah habis tegakannya, berganti jadi tanaman kopi, ada jejak perburuan, sehingga mengisolasi beberapa kelompok owa jawa," imbuhnya.

Bernard menuturkan, hasil ekspedisi ini, nantinya akan jadi acuan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK), sebagai dasar untuk peningkatan status Pegunungan Sanggabuana menjadi kawasan hutan lindung.

"Hasil ekspedisi ini juga menjadi rujukan untuk Kemen LHK, dan Komisi IV DPR RI untuk meningkatkan status Pegunungan Sanggabuana menjadi taman nasional, atau kawasan hutan lindung," ujar dia.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV Purwakarta BBKSDA Jawa Barat, Vitriana mengungkapkan Ekspedisi Owa Jawa di pegunungan Sanggabuana ini menunjukkan hasil yang menggembirakan.

"Dengan hasil ini kita melihat peran penting pegunungan sanggabuana sebagai habitat alami satwa Owa Jawa, penting untuk dijaga agar mampu terus mendukung kehidupan dan kelestarian owa jawa sebagai primata endemik Jawa agar terhindar dari kepunahan," kata Vitriana.

Tim ekspedisi SCF tidak hanya mendata jumlah populasi Owa Jawa saja, namun juga berhasil memetakan persebarannya, kepadatan populasi, mendata preferensi pakan, kelompok umur, sekaligus mendata satwa lainnya.

"Tim ekspedisi ini membawa hasil yang komprehensif, dan ke depan akan dipakai sebagai rujukan untuk emerintah dalam menentukan program konservasi Owa Jawa ke depan," pungkasnya.


--------

Artikel ini telah naik di detikJabar.




(wsw/wsw)

Hide Ads