Menurut IUCN, populasi ajag dewasa pada habitat alami di seluruh dunia diperkirakan tidak lebih dari 2.500 ekor dan sampai saat ini populasinya terus menurun.
Menurunnya populasi ajag dikarenakan oleh beberapa hal yaitu berkurangnya habitat sebagai ruang jelajah, berkurangnya populasi mangsa, serta perburuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perburuan ini dilakukan karena kematian sejumlah hewan ternak yang diduga disebabkan oleh ajag. Perilaku ajag tersebut mengindikasikan ketersediaan mangsa ajag di habitatnya kini berkurang.
Padahal berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P20 Tahun 2018 tentang Jenis Satwa dan Tumbuhan Dilindungi, ajag termasuk satwa yang dilindungi di Indonesia.
Morfologi ajag
Mengutip buku Kamus Nomenklatur Flora dan Fauna oleh Tomi Zapino, hewan ajag mempunyai perawakan sedang dengan panjang tubuh 90 cm, tinggi badan 50 cm, berat badan 12-20 kg, dan panjang ekor 40-50 cm.
Kecenderungan warna bulunya dominan coklat kemerahan, bagian leher dan perut agak putih dan ekor berwarna kehitaman.
Biasanya mereka hidup bergerombol dalam 5-12 ekor, tergantung bagaimana kondisi lingkungan tempat mereka tinggal. Namun ada kalanya mereka dapat hidup menyendiri.
Satwa ini merupakan salah satu predator yang memiliki peran penting dalam ekosistem. Ajag mempunyai peranan sebagai pengendali populasi mangsa. Saat hewan ajag berburu secara bergerombol target mangsa yang diincar berupa hewan besar seperti babi hutan, rusa, kijang.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol