Solo Traveling ke Jepang, Turis Singapura Diusir "Pulang ke China"

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Solo Traveling ke Jepang, Turis Singapura Diusir "Pulang ke China"

bonauli - detikTravel
Kamis, 21 Nov 2024 08:39 WIB
Kuil Hakone Jepang
Kuil Hakone Jepang (Getty Images/FGM)
Tokyo -

Seorang wanita Singapura melakukan solo traveling ke Jepang. Ia tak menyangka perjalanan yang dinanti berubah menjadi pengalaman pahit.

Dilansir dari Stomp.straitstimes.com, Kamis (21/11/2024) turis perempuan asal Singapura itu bernama Jann. Dia berlibur ke Jepang pada pertengahan November. Nah, pada 19 November, dia menjadwalkan perjalanan ke Kuil Hakone di Distrik Ashigarashino, Prefektur Kanagawa.

Sebagai tempat wisata ikonik, Kuil Hakone memiliki peraturan cukup ketat untuk berfoto. Turis hanya diizinkan untuk berfoto selama 3 menit, karena antrean pasti mengular.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada papan tanda yang ditempatkan dengan jelas di sebelah antrean untuk kuil tersebut. Dari apa yang saya lihat, semua orang mematuhi aturan tersebut, baik turis maupun penduduk lokal," kata Jann.

Saat itu, Jann meminta tolong pada seorang mahasiswi China yang antre di depannya untuk mengambil fotonya. Sebelumnya, ia sudah berjanji untuk memotret balik mahasiswa itu.

ADVERTISEMENT

Di belakang Jann kebetulan berdiri seorang wisatawan pria asal Jepang. Ia tak mengira sesuatu yang buruk datang padanya lewat pria itu.

Tiba giliran Jann dan mawasiswi China untuk berfoto, mereka menghabiskan waktu 3 menit bersama, bukan masing-masing. Jann bahkan yakin mereka berdua menghabiskan waktu kurang dari 3 menit, padahal harusnya mereka bisa foto-foto sampai 6 menit.

Jann mengaku sangat berhati-hati soal waktu karena antrean mengular panjang.

Namun tiba-tiba si pria Jepang mengatakan sesuatu yang kasar.

"Pria Jepang ini mengejek saya di belakang, berkata, "Orang Cina pulang saja."

Jann mendatangi pria itu dan bertanya apakah ia menghitung waktu pengambilan fotonya sehingga berkata begitu kasar. Namun pria itu tampak senang dan mengulang kalimat yang sama sambil memberikan jari tengah.

"Saya mungkin seharusnya pergi saat itu, tetapi dalam sekejap saya pikir saya harus mengambil fotonya untuk kenang-kenangan."

Pria itu sadar dengan apa yang dilakukannya, ia kemudian merampas ponsel Jann dan menolak mengembalikannya.

"Untungnya, seorang pria Eropa bertubuh besar berdiri, mengambil ponsel saya dari pria itu dan mengembalikannya kepada saya, sambil berkata, 'Anda tidak memperlakukan wanita seperti itu," ujar dia.

Sadar lawannya bertubuh besar, pria Jepang itu kemudian menyerah.

Sebelum datang ke Jepang, Jann lebih dulu mencari tahu budaya negeri sakura. Jann belajar bahasa lokal dan memperhatikan adat istiadat setempat, misalnya menjaga volume suara tetap rendah dan tidak makan sambil berjalan.

"Sangat disayangkan bahwa saya bertemu dengan orang Jepang yang sangat kasar. Dia jelas-jelas mengejek karena sentimen anti-China dan melakukannya bahkan saat saya sedang mengambil foto," katanya.

Ini adalah pertama kalinya Jann menghadapi perilaku sentimen anti-China. Ia membagikan ini agar para solo traveling yang datang ke Jepang dapat lebih memperhatikan sentimen anti-China dan wanita di Jepang.

"Yang jelas, selalu ada orang jahat di setiap ras, negara, atau wilayah. Berhati-hatilah dengan apa yang bisa terjadi. Bagaimanapun, bertemu dengan orang lokal yang fanatik adalah insiden kecil dalam skema kehidupan yang lebih besar," kata Jann.




(bnl/fem)

Hide Ads