Fenomena Matahari di Bali 'Redup' Pagi dan Sore, Mengapa Terjadi?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Fenomena Matahari di Bali 'Redup' Pagi dan Sore, Mengapa Terjadi?

Rizki Setyo Samudero - detikTravel
Selasa, 26 Nov 2024 15:37 WIB
FILE- In this Jan. 18, 2017, file photo, photographers take photos of a tourist couples wedding at the famous Kuta beach during sunset in Bali, Indonesia. According to a 2016 survey from wedding site The Knot, the average cost of an international destination wedding is $25,800. That figure may be within your event budget, but for guests, international airfare and multinight lodging could be out of reach. (AP Photo/Firdia Lisnawati, File)
Ilustrasi matahari di Bali. (AP/Firdia Lisnawati)
Jakarta - Matahari di Bali khususnya Denpasar dinilai agak redup dalam beberapa hari terakhir. Begini penjelasan terkait fenomena tersebut.

Kondisi itu teramati jelas pada pagi hari setelah terbit dan sebelum terbenam pada sore hari mulai pukul 16.00-18.00 Wita.

Balai Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar menyebutkan, fenomena itu terjadi karena wilayah Bali sedang diselimuti kabut adveksi. Kabut tersebut memang terlihat seperti asap.

Prakirawan Cuaca BBMKG Wilayah III, Ariantika, mengatakan bahwa kondisi tersebut hal yang wajar dan normal terjadi di pesisir pantai wilayah tropis.

"Untuk kondisi kabut yang menyelimuti Bali saat ini bukanlah kabut asap, karena dari pantauan satelit tidak ada sebaran asap di sekitar wilayah Bali," ujar Ariantika kepada detikBali, Selasa (26/11/2024).

"Kondisi tersebut kemungkinan kabut adveksi," imbuhnya.

Kabut adveksi terjadi karena adanya transfer kelembapan dari wilayah perairan menuju daratan. Kondisi tersebut juga mempengaruhi sinar matahari yang kurang terang atau redup karena tertutup kabut.

"Saat pagi hari pancaran sinar matahari membuat daratan mendapat panas lebih cepat dibandingkan permukaan laut," jelasnya.

Sehingga, lanjut dia, tekanan udara di darat menjadi lebih rendah. Hal itu yang menyebabkan uap air bergerak ke atas permukaan yang lebih dingin dan mengembun, sehingga terbentuk kabut.

"Kabut adveksi tidak memiliki bau, berbeda dengan kabut asap yang berbau terbakar dan menyengat," beber dia.

__________

Artikel ini telah tayang di detikBali




(wkn/wkn)

Hide Ads