Baru 50 Pilot yang Bisa Lakukan Landing di Sini, Pendaratannya Menantang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Baru 50 Pilot yang Bisa Lakukan Landing di Sini, Pendaratannya Menantang

Kholida Qothrunnada - detikTravel
Rabu, 15 Jan 2025 06:07 WIB
Bandara Paro Bhutan
Ilustradi Bandara Paro di Bhutan. (dok.CNN)
Jakarta -

Bandara ini dikenal sebagai salah satu yang paling menantang secara teknis. Hingga saat ini, baru ada 50 pilot yang memenuhi syarat untuk mendarat di sana.

Dilansir CNN Internasional, untuk bisa landing di bandara ini, pilot harus bisa melakukan belokan tajam dalam waktu singkat untuk mendaratkan pesawat A319 di landasan pacu yang sempit.

Bahkan, biasanya jika pendaratan berhasil para penumpang alam mengapresiasi pendaratan dengan tepuk tangan. Namun hal itu merupakan hari kerja biasa di Bandara Internasional Paro (PBH) Bhutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Landasan di Bandara Internasional Paro

PBH punya landasan pacu pendek di antara dua puncak setinggi 18.000 kaki. Di mana, pilot membutuhkan pengetahuan teknis dan keberanian untuk mendarat di sini.

Jadi, pesawat jumbo jet tidak bisa digunakan untuk terbang masuk dan keluar Paro.

ADVERTISEMENT

"Hal pertama adalah Paro itu sulit, tetapi tidak berbahaya," ujar Kapten Chimi Dorji, yang telah bekerja di maskapai penerbangan nasional milik negara Bhutan, Druk Air (Royal Bhutan Airlines) selama 25 tahun.

Menurutnya, meskipun memang menantang dalam hal keterampilan pilot, namun tidak berbahaya. Pasalnya jika berbahaya, ia tidak akan terbang.

Landasan pacu Paro panjangnya hanya 7.431 kaki (2.264), dan diapit oleh dua gunung tinggi. Akibatnya, pilot cuma bisa melihat landasan pacu dari udara ketika mereka hendak mendarat di sana.

Ini yang Membuat Paro Unik

Faktor geografis menjadi alasan yang membuat Paro dan sebagian besar Bhutan tampak menakjubkan. Kondisi geografis itu juga membuat proses penerbangan masuk dan keluar Paro menjadi sebuah keterampilan yang sangat khusus.

Letak Bhutan ada di antara Tiongkok dan India. Lebih dari 97% wilayahnya itu berupa pegunungan.

Ibu kotanya, Thimpu, terletak pada ketinggian 7.710 kaki (2.350 m) di atas permukaan laut. Sementara, Paro sedikit lebih rendah yang memiliki ketinggian 7.382 kaki (2.250 meter).

Paro termasuk bandara kategori C, yang artinya pilot harus punya pelatihan khusus untuk terbang di sana. Dalam hal ini, pilot harus melakukan pendaratan sendiri secara manual (tanpa radar).

Dorji mengatakan bahwa sangat penting bagi pilot untuk mengetahui bentang alam di sekitar bandara. Jika tidak, bisa saja pesawat bisa mendarat di atas rumah seseorang.

"Di ketinggian yang lebih tinggi, udaranya lebih tipis, jadi pesawat pada dasarnya harus terbang lebih cepat," kata Dorji.

Di Bhutan, calon pilot perlu menunjukkan kemampuan mereka untuk terbang di semua musim yang berbeda di sana. Sebagai maskapai nasional, Druk Air telah mengambil alih sebagian besar tanggung jawab untuk pelatihan pilot.




(khq/fds)

Hide Ads