Proyek gedung Oceanwide Plaza sebelumnya direncanakan sebagai pengembangan mewah senilai USD 1,5 miliar (Rp 22,5 triliun) di pusat kota Los Angeles. Namun, rencana itu gagal karena perkara finansial.
Dikutip dari Express, Minggu (16/2/2025) gedung tinggi tersebut mulai dibangun pada 2015 oleh pengembang Oceanwide Holdings yang berbasis di Beijing, Oceanwide Plaza dirancang untuk menjadi ikon kota dengan tiga menara yang terdiri dari kondominium mewah, hotel bintang lima, dan pusat perbelanjaan premium.
Puncak tertingginya direncanakan mencapai 205 meter dan memiliki 49 lantai, namun proyek tersebut terhenti secara mendadak pada 2019 akibat masalah keuangan. Meninggalkan struktur yang belum selesai dan tak terpakai.
Oceanwide Holdings telah menginvestasikan sekitar USD 1,2 miliar (Rp 18 triliun) untuk proyek itu sebelum penghentian pekerjaan dilakukan. Keputusan tersebut memicu berbagai masalah finansial, termasuk kontraktor yang belum dibayar dan sengketa hukum terkait pembayaran pinjaman.
Pada Juni 2023, setelah gagal memenuhi kewajibannya, Oceanwide Holdings terpaksa menghadapi ancaman penyitaan properti tersebut. Properti ini kemudian dipasarkan untuk dijual tanpa harga yang diumumkan, sementara perusahaan berusaha membayar utang sebesar USD 157 juta (Rp 2,3 triliun) kepada sekelompok pemberi pinjaman EB-5.
Sejak saat itu, menara yang belum selesai ini menjadi tempat yang menarik bagi seniman grafiti dan traveler. Pada awal 2024, para seniman mengubah 27 lantai bangunan yang terbengkalai menjadi kanvas dengan grafiti berwarna-warni yang dapat terlihat dari berbagai sudut kota.
![]() |
Fenomena seni grafiti tersebut memicu perdebatan tentang kerusakan kota, hak kepemilikan properti, dan peran seni jalanan dalam menghidupkan ruang-ruang yang terlantar. Transformasi Oceanwide Plaza menjadi bangunan yang penuh dengan grafiti menimbulkan tantangan bagi Los Angeles.
Pejabat kota menyatakan kekhawatiran tentang potensi bahaya di situs terbengkalai tersebut dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Meskipun upaya pengamanan telah dilakukan, akses ilegal terus berlangsung, sehingga mempersulit langkah-langkah pengamanan yang diambil.
Hal ini mendorong diskusi tentang perlunya kebijakan yang lebih efektif untuk menangani pembangunan yang terhambat dan dampaknya terhadap ruang perkotaan.
Meski proyek gedung itu belum selesai atau mungkin karena itulah Oceanwide Plaza secara tidak sengaja menjadi pusat perhatian bagi "pariwisata". Banyak traveler yang tertarik mengunjungi gedung itu untuk mendokumentasikan grafiti yang luas dan menjelajahi arsitektur yang belum rampung.
Tren ini menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab, keselamatan, dan dampak etis dari menjadikan gedung mangkrak sebagai destinasi wisata. Hingga pertengahan 2024, masa depan Oceanwide Plaza masih belum jelas. Properti tersebut terus dipasarkan, dengan harapan ada pembeli yang dapat menghidupkan kembali proyek ini dan mewujudkan visi awalnya.
(upd/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang