Turis China Ngeluh MRT Singapura Berisik Banget, Dirujak Balik Netizen

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Turis China Ngeluh MRT Singapura Berisik Banget, Dirujak Balik Netizen

bonauli - detikTravel
Selasa, 18 Feb 2025 05:39 WIB
MRT Singapura
MRT Singapura (iStock)
Singapura -

Seorang turis China dikecap warganet setelah mencurahkan isi hatinya alias curhat tentang liburannya di Singapura. Dia bilang negeri Merlion itu terasa menyenangkan, kecuali transportasi Mass Rapid Transit (MRT).

Turis yang tak disebutkan namanya itu curhat di aplikasi Xiaohongshu pada 9 Februari dengan menggunakan nama aku 'Mud Howl'.

"Semua hal di Singapura hebat, kecuali kereta bawah tanah," tulisnya, dikutip dari VN Express pada Selasa (18/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyertakan video perjalanan dengan menggunakan MRT. Dia terlihat berdiri di gerbong kereta yang setengah penuh sesak.

Dalam video itu terdengar pula suara penumpang dewasa yang sedang mengobrol, sedangkan anak-anak kecil mengoceh dan berteriak.

ADVERTISEMENT

Postingan itu memicu kekesalan netizen, banyak yang tidak setuju dengan curhatannya. Apalagi, saat itu bertepatan dengan liburan Tahun Baru Imlek.

"Bukankah ini hanya suara orang-orang yang mengobrol bersama? Bagaimana bisa berisik?" tanya seorang pengguna.

"Ketika saya di Tiongkok, saya merasa kereta lebih berisik daripada di Singapura," komentar yang lain.

Namun, beberapa akun setuju dengan pengamatannya, dengan mengklaim bahwa beberapa penumpang bahkan bernyanyi dengan keras di kereta api di Singapura, yang berkontribusi terhadap polusi suara.

Sejak Desember tahun lalu, Otoritas Transportasi Darat Singapura memasang rambu-rambu baru di stasiun MRT, yang mengingatkan penumpang untuk "menjaga volume suara tetap rendah" saat bepergian.

Rambu-rambu ini bertujuan untuk mendorong perilaku yang lebih bijaksana di antara para penumpang dan meningkatkan pengalaman transportasi umum secara keseluruhan.

"Kami akan terus menindak perilaku yang tidak pantas di transportasi umum, dan sedang meninjau apakah tindakan dan hukuman perlu ditingkatkan," kata juru bicara otoritas tersebut pada bulan Januari.




(bnl/fem)

Hide Ads