Perayaan Sedekah Bumi di Desa Sedenganmijen, Krian, Sidoarjo, Jawa Timur, yang dikenal dengan tradisi gerebek gunungan tempe raksasa, diwarnai dengan aksi pencopetan yang meresahkan. Sebanyak lebih dari 40 orang melaporkan kehilangan barang berharga, termasuk dompet, ponsel, dan uang tunai, setelah terlibat dalam kerumunan massa yang berebut tempe.
Peristiwa tersebut terjadi saat warga Desa Sedenganmijen, yang sebagian besar merupakan perajin tempe, merayakan tradisi yang telah berlangsung rutin setiap tahun. Tahun ini, acara itu dihelat pada Minggu (16/2/2025).
Gunungan tempe yang terinspirasi oleh pekerjaan warga sebagai pembuat tempe tersebut dibuat setinggi 10 meter. Gunungan itu disusun dari sekitar 1.200 bungkus tempe yang dihasilkan oleh 30 perajin dengan menggunakan 2,5 kuintal kedelai. Tujuan dari acara itu adalah untuk mengharapkan berkah rezeki yang lebih melimpah bagi para perajin tempe setelah acara sedekah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kejadian yang tidak diinginkan terjadi ketika massa yang tumpah ruah berdesak-desakan dalam antusiasme mereka untuk mendapatkan bagian dari gunungan tempe. Kepala Desa Sedenganmijen, Hasanuddin, mengaku kecewa dan merasa kecolongan dengan adanya aksi pencopetan yang menyebabkan kericuhan.
Dia mengungkapkan bahwa mengantisipasi kejadian semacam itu dalam acara yang melibatkan banyak orang memang sangat sulit.
"Acara seperti ini sudah menjadi tradisi dan digelar setiap tahun. Kami tidak mengharapkan kejadian seperti ini, tetapi dalam keramaian besar memang sangat sulit untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Hasanuddin, seperti dilansir dari detikJatim.
Polisi sedang mendalami insiden itu dan telah menerima lebih dari 40 laporan dari warga yang melaporkan kehilangan barang berharga. Kepolisian mengimbau agar masyarakat selalu waspada dalam keramaian untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Fatma (23), salah satu korban, mengaku kehilangan tas berisi uang dan ponsel saat berebut tempe. Ia merasakan tasnya ditarik, namun karena terjebak dalam desakan massa, ia tidak bisa berbuat banyak.
"Saya merasa tas saya ditarik, tapi karena terdesak, saya tidak bisa menghindar," kata Fatma, dengan raut wajah kecewa.
Pengalaman serupa juga dialami oleh Sulis, yang kehilangan uang dan ponsel. Ia berharap kejadian tersebut bisa menjadi pelajaran dan berharap tradisi ini dapat terus berlangsung dengan lebih aman di tahun-tahun mendatang.
"Saya harap barang-barang yang hilang bisa segera dikembalikan. Kami ingin acara seperti ini bisa berlangsung lebih aman, dengan pengamanan yang lebih ketat," ujar Sulis.
Dengan kejadian ini, diharapkan pihak berwenang bisa meningkatkan pengawasan dan pengamanan dalam acara besar yang melibatkan banyak orang, agar tradisi yang sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat tidak tercoreng oleh insiden yang tidak diinginkan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol