Pendakian di Gunung Carstensz menjadi sorotan usai meninggalnya dua 'Ratu Hiking' Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan.
Lilie dan Elsa meninggal di Gunung Carstensz pada Sabtu (1/3) siang. Saat mereka mereka sedang dalam antrean untuk turun dari Puncak Jayawijaya. Sayangnya, dua pendaki ini meninggal karena terkena hipotermia.
Berkaca dari sana, ada beberapa hal yang harus diketahui saat mendaki Gunung Carstensz. Fandhi Achmad, seorang pendaki dan pemandu dari PAT Adventure menjelaskan beberapa poin penting yang wajib pendaki perhatikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Jangan terlambat naik-turun
Carstensz adalah gunung teknikal yang masuk dalam kategori climbing peak. Gunung ini memerlukan stategi waktu yang ketat karena memiliki cuaca yang buruk setiap saat.
"Kalau untuk orang Indonesia umumnya start jam 3 dini hari, kemudian jam 11-12 siang sudah ada puncak, lalu jam 5-6 sore sudah di bawah lagi," ucapnya.
Fandhi menyebut bahwa strategi waktu ini akan mengurangi risiko tamu berada di tali di kegelapan. Dalam keadaan terang atau cuaca bagus saja, pemanjatan Carstensz sudah sangat sulit, apalagi dalam keadaan gelap.
2. Rombongan sedikit
Jumlah rombongan Lilie dan Elsa mendapat perhatian khusus. Dalam keterangan polisi disebutkan bahwa mereka naik dengan jumlah 10 pendaki dan 5 pemandu. Jumlah ini dinilai kurang efektif oleh Fandhi.
Lagi-lagi masalah gunung yang teknikal, rombongan haruslah berjumlah 10 orang termasuk pemandu, sehingga jika ada masalah yang terjadi pemandu dapat menyelesaikan dengan segera.
3. Training tali-temali
Ini jadi poin penting yang harus dikuasai oleh pendaki, tali-temali. Fandhi terus menegaskan bahwa mendaki climbing peak tidak sama dengan pendakian ke gunung-gunung biasa seperti Rinjani, Semeru dan lain-lain. Pendaki harus ascending (muncak) dengan bantuan tali, belum lagi celah-celah sempit yang harus dilewati dan lagi-lagi harus menggunakan tali.
Sebagai trainer, Fandhi mengatakan bahwa pendaki yang ingin summit ke Carstensz wajib lulus dalam pelatihan selama 3 bulan. Jika dirasa kurang memenuhi syarat, Fandhi tak segan untuk menunda pendakian.
4. Layering
Carstensz tak sama dengan gunung-gunung lain, gunung ini bersalju. Hujan dengan durasi sangat lama biasa terjadi dan harus dihadapi. Ini mengapa, pendaki harus memakai baju dengan tepat.
"Perlengkapan layering harus diperhatikan. Gunung tinggi dibedakan dengan layering. Pendaki Carstensz harus mengenakan triple layer," ujarnya.
Pertama, pendaki harus mengenakan base layer yaitu pakaian yang dapat mengisolasi panas tubuh, kemudian ditutup dengan second layer yang bisa menghangatkan.
Layering yang ketiga wind breaker dan waterproof supaya angin dan hujan tidak dapat tembus ke badan.
"Kalau naik gunung biasa kan pakai kaos dan jaket, karena mendaki gunung biasa pasti gerah. Misalnya ke Rinjani kaos dan jaket saja cukup." pungkas dia.
(bnl/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?