Dedi Mulyadi Curhat soal Bandara Kertajati: Jadi Beban, Nombok Miliaran

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dedi Mulyadi Curhat soal Bandara Kertajati: Jadi Beban, Nombok Miliaran

Erick Disy Darmawan - detikTravel
Minggu, 08 Jun 2025 22:11 WIB
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi di detikcom Regional Summit 2025, Senin (19/5/2025), di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau Bandara Kertajati, Majalengka.
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau Bandara Kertajati, Majalengka. (Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebut-nyebut kondisi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka. Dia mengatakan bandara itu beroperasi tidak optimal.

"Majalengka ke sananya sudah ada bandara. Padahal sekarang udah berubah jadi peuteuy selong. Kenapa jadi peuteuy selong? Kan nggak ada pesawatnya, nggak maju-maju," kata Dedi dalam sambutannya di acara rapat paripurna Hari Jadi ke-535 Kabupaten Majalengka, Sabtu (7/6/2025).

Dedi mengakui belum dapat melakukan pembenahan pada Bandara Kertajati. Dia butuh waktu lebih panjang untuk membuat perubahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan sedang menyiapkan strategi jangka panjang untuk mengembangkan kawasan sekitar bandara agar tidak terus-menerus membebani keuangan daerah.

ADVERTISEMENT

"Harus bagaimana? Biar dipikirkan ada desain strategi harus disiapkan. Jangan dulu marahin (saya) sekarang, kan saya baru tiga bulan," ujarnya.

Selain mengeluhkan kondisi bandara, Dedi juga menilai BIJB semakin membebani anggaran Pemprov Jabar.

"Kan nombok setiap tahun Rp 60 miliar untuk bandar. Harus bagaimana?," kata dia.

Dedi juga menyinggung saat ini Majalengka mulai bertransformasi menjadi kawasan industri. Dia menilai Majalengka memiliki potensi luar biasa ke depan, oleh karena itu pengembangan pendidikan akan menjadi salah satu solusi awal.

"Lalu kawasan, kawasan industri, industri apa yang harus bangun pertama kali? Pengembangan pendidikan tinggi yang berbasis pasar. Sekolah SMK dorong pertumbuhannya, engineer dorong pertumbuhannya. Supaya apa? supaya menguasai industri Rebana. Ada pabrik di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Subang, harus bagaimana? Giliran ada pabrik tapi orangnya nggak disiapkan, mentalnya nggak dibangun, tetap nanti pabrik diisi orang lain)," kata dia.

***

Artikel ini sudah lebih dulu tayang di detikjabar. Selengkapnya klik di sini.




(fem/fem)

Hide Ads