Blatten Surga Kecil di Swiss yang Hilang Ditelan Salju Longsor

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Blatten Surga Kecil di Swiss yang Hilang Ditelan Salju Longsor

Femi Diah - detikTravel
Senin, 09 Jun 2025 12:17 WIB
Resor ski Flachau di Pegunungan Alpen, Austria
Foto: (Getty Images/hopsalka)
Jakarta -

Blatten, sebuah desa kecil nan menawan di lembah Lotschental, Swiss kini tinggal kenangan. Desa di jantung Pegunungan Alpen itu hilang ditelan longsoran salju.

Desa itu dikenal sebagai tempat pelarian yang tenang bagi traveler yang menyukai ketenangan. Di sana udara segar, rumah-rumah kayu tua khas Valais, jalan setapak menuju jalur pendakian, hingga gereja bersejarah yang berdiri di tengah lanskap pegunungan.

Petaka itu terjadi pada Rabu (28/5/2025). Ketenangan itu sirna dalam sekejap. Sebuah longsor dahsyat meluncur dari Gletser Birch, menghantam hampir seluruh bagian desa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

This photograph shows debris and the rest of the village of Blatten now submerged by the obstructed river Lonza, after the huge Birch Glacier collapsed and a massive landslide that threw tons of rock, ice and scree down the mountainside and into the valley below, in Wiler, in the Swiss Alps, on May 31, 2025. Swiss authorities said on May 30, 2025 that they were no longer considering evacuating most residents in the vicinity of a collapsed glacier that destroyed a village, but that they remained vigilant. The Birch glacier in Switzerland's southern Valais region collapsed on May 28, 2025 sending a mass of rock, ice and scree hurtling into the village of Blatten in the valley below. (Photo by Fabrice COFFRINI / AFP)Potret Desa Blatter setelah bencana menimpa. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI

Rumah-rumah wisata, ladang-ladang, jalan setapak, dan bangunan tua yang menjadi saksi kehidupan generasi demi generasi, luluh lantak dalam hitungan detik. Beruntung, evakuasi cepat berhasil menyelamatkan sekitar 300 penduduk serta seluruh ternak mereka. Namun sisa desa-dan segala kenangan yang terikat padanya-terkubur di bawah bongkahan batu dan es.

Prof. Martin Truffer, ahli fisika dari University of Alaska Fairbanks yang juga berasal dari Swiss, mengatakan tragedi itu bukan sekadar bencana alam biasa. Runtuhnya lereng gunung di atas Gletser Birch disebabkan oleh mencairnya permafrost-lapisan tanah yang seharusnya tetap beku sepanjang tahun.

ADVERTISEMENT

Ketika suhu global meningkat, permafrost kehilangan kestabilannya. Batu-batuan yang dulunya tertahan kini terlepas, menimbulkan longsor besar.

Dalam kasus Blatten, batuan yang jatuh selama beberapa tahun terakhir justru menutupi permukaan gletser dan memperlambat pencairan es karena memberikan lapisan isolasi. Namun, beratnya puing-puing itu malah memicu gerakan pada lapisan es di bawahnya-yang dalam beberapa minggu terakhir, pergerakannya meningkat tajam dan tak terkendali.

"Jelas sekali bahwa satu sisi gunung itu sepenuhnya berada dalam kondisi akan runtuh," ujar Truffer, dikutip dari AP, Selasa (9/6/2025).

Tragedi Blatten menjadi bukti nyata bahwa perubahan iklim bukan hanya persoalan mencairnya es di Kutub Utara, tetapi juga mengancam langsung permukiman manusia di kawasan tinggi. Gletser-gletser di Alpen, Himalaya, Andes, hingga Patagonia semakin tak stabil. Tanah longsor, banjir bandang, dan danau es yang tiba-tiba jebol kini semakin sering terjadi.

Contohnya, pada 2022, longsor besar dari Gletser Marmolada di Italia yang disebabkan oleh gelombang panas ekstrem menewaskan 11 pendaki. Sementara di Alaska, danau yang terbentuk dari pencairan gletser bisa pecah tiba-tiba, menimbulkan banjir besar di bawahnya.




(fem/ddn)

Hide Ads