Mengapa Malam 1 Suro Tidak Boleh Tidur Cepat? Ternyata Ada Mitosnya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengapa Malam 1 Suro Tidak Boleh Tidur Cepat? Ternyata Ada Mitosnya

Anindya Milagsita - detikTravel
Kamis, 26 Jun 2025 21:00 WIB
Kirab malam 1 suro di Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta, Senin (7/7/2024).
Kirab Malam 1 Suro di Solo (Agil Trisetiawan Putra/detikJateng)
Solo -

Saat Malam 1 Suro tiba, konon masyarakat Jawa tidak boleh tidur cepat. Ternyata ada mitos di balik larangan tersebut. Seperti apa?

Malam 1 Suro dapat dimaknai sebagai malam dimulainya 1 Suro. Istilah Suro sendiri merujuk pada sebuah bulan pertama yang ada dalam kalender Jawa.

Oleh sebab itulah, kemunculan malam 1 Suro tidak terlepas kaitannya dengan kepercayaan mistik yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat Jawa secara turun-temurun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak terkecuali soal adanya berbagai larangan atau pantangan malam 1 Suro. Ada anggapan yang menyebut malam 1 Suro tidak boleh tidur cepat. Ada alasan yang mendasari mitos tersebut.

Menurut artikel Larangan Beserta Tradisi Malam 1 Suro di Surakarta karya Riskha Nadia Ayuputri, masyarakat Jawa meyakini bahwa kejadian-kejadian buruk di malam satu suro merupakan bentuk tumbal atau korban yang harus ada pada malam tersebut.

ADVERTISEMENT

Dengan terus terjaga dan tidak tidur cepat, diharapkan kita bisa lebih waspada dan terhindar dari marabahaya yang diakibatkan oleh makhluk gaib.

Dalam buku 'Membumikan Al-Qur'an di Tanah Melayu (Living Qur'an)' karya Aghna Rosi Saputri dkk, sebagian masyarakat biasanya menunjukkan antusiasnya dalam menyambut datangnya bulan Suro yang sekaligus menandai berlangsungnya bulan Muharram dalam kalender Hijriah atau Islam.

Tidak sedikit masyarakat yang akan melakukan berbagai kegiatan positif selama menyambut datangnya bulan Suro yang bertepatan dengan malam 1 Suro. Satu di antaranya adalah rutinitas sebagian masyarakat yang biasanya tidak tidur di malam 1 Suro.

Alih-alih digunakan untuk melakukan kegiatan yang tidak begitu penting, malam 1 Suro biasanya diisi oleh sebagian masyarakat untuk berkumpul di masjid. Tradisi ini dilakukan dengan mengadakan berbagai kajian, tahlil, hingga dzikir yang dilakukan secara bersama-sama.

Hal tersebut dilakukan sebagai wujud berserah diri kepada Sang Pencipta. Bukan hanya itu saja, tahlil dan dzikir yang dilantunkan juga turut mendoakan para leluhur yang telah tiada. Inilah yang membuat sebagian masyarakat memilih untuk tidak tidur dalam menyambut datangnya malam 1 Suro karena ingin mengisinya dengan berbagai amalan.

Tidak hanya itu saja, ada juga alasan lain yang membuat sebagian orang memilih tidak tidur di waktu malam 1 Suro. Menurut penelitian 'Tradisi Upacara Satu Suro dalam Perspektif Islam (Study di Desa Keroy Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung)' oleh Isdiana, tidak tidur semalaman atau semalam suntuk di malam 1 Suro dikenal juga dengan istilah 'lek-lekan'.

Istilah tersebut diambil dari bahasa Jawa yang apabila diartikan dalam bahasa Indonesia bermakna begadang dalam kurun waktu tertentu di malam hari.

Sebagian masyarakat Jawa biasanya melakukan tradisi lek-lekan sepanjang malam 1 Suro sebagai cara untuk menyambut datangnya waktu yang begitu istimewa, yaitu bulan Suro.

Ini dikarenakan bulan Suro dianggap sebagai bulan yang tepat bagi setiap orang untuk melakukan introspeksi diri dan lebih mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa.

Salah satu upaya introspeksi yang dilakukan adalah dengan menjalankan sebuah laku agar dapat merenungkan kembali setahun perjalanan hidup yang telah dilalui. Laku tersebut biasanya dilakukan dengan tidak tidur semalam suntuk.

--------

Artikel ini telah naik di detikJateng.




(wsw/wsw)

Hide Ads