Usaha Melestarikan Permainan Tradisional dan Aksara Nusantara

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Usaha Melestarikan Permainan Tradisional dan Aksara Nusantara

Antara - detikTravel
Selasa, 29 Jul 2025 19:37 WIB
Permainan tradisional
Permainan tradisional (dok. Antara)
Jakarta -

Permainan tradisional dan aksara Nusantara dilestarikan dalam acara festival jamu yang digelar di Jakarta.

Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia Jony Yuwono mengatakan acara festival itu sengaja digelar untuk menghidupkan kembali elemen budaya lokal di tengah masyarakat modern.

Acaraki Jamu Festival bertujuan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya dalam bentuk yang relevan dan mudah diterima oleh generasi masa kini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Permainan tradisional dan aksara Nusantara merupakan bagian dari warisan bersama yang kaya makna. Melalui Acaraki Jamu Festival, kami berharap dapat menjembatani warisan tersebut dengan generasi masa kini lewat pendekatan yang menyenangkan, namun tetap sarat pesan budaya," ujar Jony dikutip dari Antara, Selasa (29/7/2025).

Festival yang diselenggarakan pada Minggu (27/6) itu menyajikan dua program utama: "Estafet Games & Karnaval Permainan Nusantara" serta "Petisi Aksara Nusantara", yang menggabungkan edukasi, hiburan, dan pelestarian budaya dalam satu acara.

ADVERTISEMENT

Di area permainan rakyat, pengunjung dari berbagai kalangan diajak untuk kembali memainkan permainan tradisional seperti bola bekel, gasing, ketapel, dan tumpuk batu.

Aneka permainan tradisional itu tentu saja tidak hanya menghadirkan suasana penuh tawa dan nostalgia, tetapi juga mengandung nilai-nilai seperti ketekunan, konsentrasi, sportivitas, dan kerja sama.

Sementara itu, kegiatan Petisi Aksara Nusantara mengajak pengunjung untuk mencetak nama mereka dalam aksara daerah, termasuk aksara Jawa, Sunda, Batak, dan Bali.

Pengunjung juga menandatangani petisi dukungan terhadap pelestarian aksara daerah sebagai bentuk partisipasi dalam menjaga identitas kebahasaan lokal.

Festival ini diharapkan menjadi ruang temu lintas generasi untuk merayakan warisan budaya secara inklusif, serta menginspirasi masyarakat untuk terus merawat dan menghidupkan tradisi yang mulai terpinggirkan.

"Harapan kami, festival ini bukan hanya menjadi agenda tahunan, tapi juga gerakan budaya yang berkelanjutan dan bisa tumbuh bersama masyarakat," tutup Jony.




(wsw/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads