Gunung Sanggabuana di Karawang, Jawa Barat menjadi tempat hidup berbagai satwa liar, termasuk ular naga jawa. Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) membeberkan sejumlah hewan yang tinggal di sana. '
Dengan ketinggian 1291 mdpl, Gunung Sanggabuana menjadi gunung tertinggi di Karawang. Gunung Sanggabuana berada di perbatasan empat kabupaten, yaitu di sebelah utara ada Kabupaten Karawang, sebelah timur ada Kabupaten Purwakarta, sebelah selatan ada Kabupaten Cianjur dan sebelah barat ada Kabupaten Bogor.
Gunung itu menjadi tempat hidup beragam satwa. Salah satu LSM yang menaruh perhatian terhadap konservasi di gunung itu adalah Sanggabuana Conservation Foundation (SCF).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru-baru ini SCF merilis sejumlah temuan dari penjelajahan sekitar 5 tahun di gunung itu.
Berikut satwa liar yang ditemukan di Gunung Sanggabuana dan statusnya:
1. Katak Tanduk Jawa: Ahli Kamuflase dari Dasar Hutan
Di balik tumpukan serasah dan aliran sungai yang tenang di ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut, hidup seekor amfibi yang tampak seperti bagian dari mitos: katak tanduk jawa (Megophrys montana). Katak ini memiliki ciri khas berupa tonjolan kulit menyerupai tanduk di atas matanya, serta bagian hidung yang runcing karena perpanjangan dermal yang unik.
Katak yang juga dikenal dengan nama katak serasah itu sangat mahir menyamar dengan lingkungan sekitar. Warna tubuhnya menyatu dengan dedaunan kering, menjadikannya nyaris tak terlihat oleh predator.
Katak itu biasanya ditemukan di hutan-hutan dataran menengah hingga tinggi, katak ini lebih suka berada dekat aliran air. Meski belum masuk kategori terancam punah, keberadaannya sensitif terhadap perubahan lingkungan.
2. Elang Jawa: Sang Penguasa Angkasa
![]() |
Melintasi langit Pegunungan Sanggabuana, sesekali tampak seekor raptor agung yang dikenal sebagai Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), atau yang dalam budaya Sunda disebut manuk dadali.
Burung itu menjadi simbol negara dalam lambang Garuda Pancasila, karena keanggunannya dan statusnya sebagai pemangsa puncak (top predator).
Elang ini hanya ditemukan di Pulau Jawa, menjadikannya spesies endemik yang langka. Menurut daftar merah IUCN, statusnya kini adalah endangered (EN), yang artinya terancam punah. Perdagangan internasionalnya juga dilarang total karena masuk Appendix I CITES. Elang ini pertama kali tercatat dalam ekspedisi ke Sanggabuana pada Juli 2020.
3. Owa Jawa: Pelantun Suara Merdu dari Lereng Gunung
![]() |
Setiap pagi dan sore, dari balik rerimbunan hutan Sanggabuana, terdengar lengkingan merdu dari suara khas dari owa jawa (Hylobates moloch), salah satu primata endemik Pulau Jawa. Primata itu hidup berkelompok di sepanjang punggungan hutan dan merupakan bagian dari keluarga kera besar yang tidak berekor.
Makanan utamanya adalah buah-buahan dan dedaunan, menjadikannya spesies penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Berdasarkan daftar IUCN, owa jawa tergolong terancam punah (endangered), dan dilindungi oleh hukum nasional melalui Permen KLHK No. 106 tahun 2018. Selain owa, jenis primata lain seperti surili, lutung jawa, dan monyet ekor panjang juga ditemukan di kawasan ini.
4. Ular Naga Jawa: Mitos yang Ternyata Nyata
![]() |
Meskipun terdengar seperti bagian dari legenda, ular naga jawa (Xenodermus javanicus) benar-benar eksis di hutan Sanggabuana. Ditemukan di sekitar aliran Sungai Cikoleangkak, ular ini menampakkan diri saat memangsa kecebong.
Ciri fisiknya sangat khas: sisik kasar, barisan duri hemipenial di punggung, dan tonjolan menyerupai tanduk di kepala, membuatnya tampak seperti naga kecil dari cerita rakyat.
Meskipun tergolong dalam kategori Least Concern (LC) oleh IUCN, keberadaannya sangat penting sebagai indikator lingkungan yang sehat. Ular ini sangat rentan terhadap polusi, sehingga kehadirannya menandakan ekosistem yang masih terjaga.
5. Macan Tutul Jawa: Sang Predator
Dalam bayang-bayang rimbun hutan Sanggabuana, kamera trap sempat merekam kehadiran macan tutul jawa (Panthera pardus melas), karnivora besar terakhir yang masih bertahan di Jawa. Satwa ini merupakan subspesies endemik dan juga dilindungi secara hukum di Indonesia.
Terdapat dua variasi warna yang ditemukan: bermotif tutul khas dan juga yang berwarna hitam polos-yang disebut sebagai macan kumbang, hasil dari kondisi melanistik. Macan tutul jawa masuk dalam daftar Critically Endangered (CR) menurut IUCN dan masuk dalam Appendix I CITES. Artinya, spesies ini sangat terancam dan dilarang untuk diperdagangkan secara internasional.
6. Alap-alap Capung: Sang Pemangsa yang Terancam
Burung mungil dengan kemampuan terbang memukau ini bernama alap-alap capung (Microhierax fringillarius). Dengan panjang tubuh hanya sekitar 15 cm dan berat tidak lebih dari 40 gram, raptor kecil ini menjadi anggota terkecil dari keluarga Falconidae.
Alap-alap capung pernah terlihat di Sanggabuana pada April 2021, sedang memberi makan anaknya. Mereka memangsa serangga kecil seperti tonggeret dan capung-yang juga menjadi asal usul namanya. Meskipun masuk dalam kategori Least Concern (LC) oleh IUCN, alap-alap ini juga menghadapi ancaman dari perdagangan ilegal.
***
Selengkapnya klik di sini.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom