Sebuah video viral menunjukkan seekor bayi orang utan di Bandung Zoo ditelantarkan. 'Manajemen baru' Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) era John Sumampau membantahnya.
Bayi orang utan yang terlantar itu bernama Tama. Tama disebut-sebut diabaikan saat terjadi dualisme kepengurusan Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoo beberapa waktu lalu.
Tama adalah bayi orang yang memiliki orang tua asuh Wali Kota Bandung Muhammad Farhan. Saat konflik dualisme terjadi, Rabu (6/8), ada potongan video yang tersebar di medsos dan menunjukkan kondisi Tama yang terlantar akibat konflik tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tegaskan bahwa klaim ini (Tama telantar) adalah tuduhan yang tidak berdasar dan menyesatkan," kata juru bicara manajemen baru Bandung Zoo, Ully Rangkuti, dikutip dari detikbandung, Minggu (10/8/2025).
Ully membantah narasi yang menyebut bahwa Tama kelaparan saat konflik itu terjadi. Dia bilang Tama sudah diberi makan harian dan terakhir kali pada pukul 06.56 WIB.
"Berdasarkan log harian, pada Rabu pagi, Tama telah diberi makan pada pukul 06.56 WIB. Saat ini, di usianya yang hampir 8 bulan, Tama tidak hanya mengkonsumsi susu pengganti, tetapi juga makanan padat," kata dia.
"Dalam video yang beredar, Tama justru awalnya terlihat tertidur dengan nyaman, lalu terbangun karena keributan orang-orang yang masuk ke ruangan, bukan karena kelaparan. Tidak ada suara tangisan yang mengindikasikan Tama kelaparan," dia menambahkan.
Ully juga membantah narasi bahwa Tama sengaja dikunci di ruangan. Ia membeberkan bahwa kondisi itu adalah standar operasional (SOP) di klinik satwa yang bertujuan mencegah satwa keluar ruangan dan tidak ada orang yang berkepentingna masuk ke area perawatan.
"Oleh karena itu, tuduhan 'dikunci' merupakan misinterpretasi yang disengaja terhadap prosedur keselamatan satwa," kata dia.
Terakhir, Ully juga menjelaskan para keeper satwa manajemen baru saat itu sedang memberikan pakan dan membersihkan kandang. Namun kemudian, muncul massa yang merangsek masuk dan mengusir mereka.
"Kami meminta masyarakat untuk bijak dan berhati-hati dalam menyikapi isu yang berkembang. Kami meyakini, video ini adalah bagian dari upaya untuk merusak reputasi kami. Kami berkomitmen penuh pada transparansi dan kesejahteraan satwa," kata dia.
***
Selengkapnya klik di sini.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom