Jalur Wisata Ciater Subang Gelap Gulita, Warga Lokal Saja Ngeri Saat Lewat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jalur Wisata Ciater Subang Gelap Gulita, Warga Lokal Saja Ngeri Saat Lewat

Whisnu Pradana - detikTravel
Kamis, 14 Agu 2025 19:05 WIB
Kondisi Jalan Raya Subang yang Gelap usai Warung Dibongkar
Jalur wisata Ciater Subang yang gelap gulita (Whisnu Pradana/detikcom)
Subang -

Semenjak warung-warung kaki lima di jalan Ciater Subang ditertibkan, jalur wisata itu kini jadi gelap gulita. Warga lokal (warlok) yang melintas saja merasa ngeri.

Gelap gulita itulah kesan pertama ketika saat melewati Jalan Raya Subang, tepatnya di wilayah Ciater yang berbatasan dengan kawasan wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Kini tak ada lagi terang dari warung-warung jagung di sepanjang Jalan Raya Subang. Tak lagi terlihat barisan kendaraan yang terparkir melepas lelah sekejap. Yang tersisa hanyalah jalanan yang gelap gulita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan yang ditempuh dari Kota Cimahi dengan jarak sekitar 19 kilometer dan waktu tempuh 1 jam 12 menit menggunakan mobil jadi terasa mendebarkan tanpa ada nyala lampu yang menerangi jalan berhawa sejuk itu.

Muncul rasa was-was terutama buat mereka pemotor yang datang dari arah Subang menuju Lembang maupun sebaliknya. Nuansa seram di tengah luas pelukan kebun teh tak produktif dan tegak Gunung Tangkuban Parahu yang sewaktu-waktu bisa bangun dari tidurnya.

ADVERTISEMENT

Warung-warung milik 'orang kecil' itu dianggap ilegal, sebab berdiri di atas lahan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Beberapa hari lalu, alat berat Satpol PP Jabar dan Kabupaten Subang meruntuhkan konstruksi bangunan semi permanen tersebut.

Puing-puing bangunan yang telah membersamai banyak orang sejak puluhan tahun lalu itu masih berserakan. Sementara orang yang dulu menggantungkan hidup dari warung itu kini entah kemana rimbanya.

"Ya jadi seram lewat sini, soalnya biasa ada warung 24 jam sekarang sudah dibongkar. Jadinya kan gelap," kata Rizaldi, pengendara asal Cimahi, Selasa (12/8/2025).

Sebagai pengendara motor, keberadaan warung-warung itu serupa juru selamat. Jika hujan, maka menjadi tempat berteduh. Jika lelah, juga menjadi tempat merebahkan badan.

"Kadang sengaja juga dari rumah sama keluarga ke sini cuma mau makan mie, karena kan suasananya sejuk, lihat kebun teh, liburan murah lah istilahnya. Sekarang enggak bisa lagi," kata Rizaldi.

Buat Deni, warga Subang, hilangnya warung-warung itu menjadi kerugian besar. Risiko tindak kriminal di malam hari kian meningkat gegara tak ada sumber penerangan dan kehadiran orang-orang.

"Jelas takut nanti lewat sini, risiko ada begal semakin besar. Kemudian kecelakaan, waktu warung ada saja kan sering ada kecelakaan, apalagi sekarang kalau malam hari jalan sepi terus gelap. Makanya enggak kebayang sama kami," kata Deni.

-------

Artikel ini telah naik di detikJabar.




(wsw/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads