Cerita Lucu Salah Paham 'Penculikan' Soekarno-Hatta di Rengasdengklok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Lucu Salah Paham 'Penculikan' Soekarno-Hatta di Rengasdengklok

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Jumat, 15 Agu 2025 11:39 WIB
Rumah pengasingan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat
Rumah pengasingan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
Jakarta -

Di balik kisah tegang penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Rumah Djiaw Kie Siong justru menyimpan cerita-cerita ringan yang mengundang tawa. Dalam satu kunjungan wisata sejarah, momen serius mendadak cair gara-gara pertanyaan polos seorang pelajar.

Rumah Djiaw Kie Siong menjadi saksi bisu peristiwa penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok oleh kelompok pemuda terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kini, rumah itu menjadi salah satu destinasi wisata sejarah.

Salah satu kelompok yang rutin datang ke sana adalah siswa sekolah. Mereka datang untuk belajar dan mengetahui cerita yang terjadi di rumah yang dibangun sejak 1920 itu, terutama dari siswa-siswa sekolah dasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarga sekaligus pemelihara rumah Djiaw Kie Siong, Lina, mengisahkan sejarah dan kondisi terkini rumah itu dalam perbincangan dengan detiktravel di lokasi, Kamis (14/8/2025). Dia juga menceritakan ada beberapa cerita unik dan lucu dari kunjungan siswa ke sini.

Pemahaman siswa saat ini terkait penculikan merujuk pada konotasi yang negatif seperti disekap atau tangan diikat, mata ditutup, dan mulut dilakban.

ADVERTISEMENT

"Pas Soekarno diculik tuh kesannya benar-benar, anak sekarang kan culik tuh tanda kutip jahat. Kan dulu culik itu kan diem-diem diambil tanpa sepengetahuan yang lain golongan tua itu jadi sebetulnya lebih pantas sih disebut pengamanan atau diamkan gitu," kata Lina.

"Jadi anak-anak tuh suka lucu, ada yang jadi Soekarno pakai peci, datang diiket tanganya terus matanya ditutup. Saya bilang nggak gitu, terus dia bilang 'kan diculik bu'," kata perempuan yang juga akrab disapa Bu Yanto itu.

Sikap anak-anak itu tak hanya membuat Bu Yanti tertawa pada momen itu. Bahkan, saat mengisahkan kepada detiktravel, Bu Yanto kembali tertawa.

Kepada para siswa itu, dia menjelaskan, bahwa yang menculik Soekarno itu bukanlah musuh. Tetapi masih bangsa kita yakni kelompok pemuda yang ingin Soekarno mempercepat kemerdekaan Indonesia.

Rumah pengasingan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa BaratRumah pengasingan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Adapun cerita lainnya yang ia kisahnya, ada kelompok siswa SMA yang hendak membuat video pendek tentang kejadian tersebut. Digambarkan penculikan itu dilakukan secara grasak-grusuk dan terkesan seperti penculikan di film-film.

"Nah kalau anak-anak SMA yang bikin video pendek gitu, (mereka membuat adegan) lari dateng-dateng tutup pintu. Saya bilang 'dapet dari mana dek (adegan itu)?' mereka jawab 'dari Youtube bu' saya bilang 'salah itu'," kata Bu Yanto.

Masih bercerita sembari tertawa, Bu Yanto, meluruskan bahwa adegan sebenarnya itu tidak ada kesan yang rusuh seperti itu. Semua terjadi seperti orang yang bertamu biasa saja, tidak ada yang tergesa-gesa.

"Nggak begitu, datang biasa kayak tamu lah, nggak grasak-grusuk lari terus diikat, lucu-lucu lah anak-anak itu. Jadi kesannya culik zaman sekarang itu jahat," kata dia.

Dari interpretasi siswa-siswa sekolah itu, Bu Yanto, membuktikan bahwa kejadian penculikan itu memang dilakukan dengan niat yang baik. Buktinya terdapat pada foto dan tulisan yang dibuat oleh Bung Hatta yang ada di dinding Rumah Djiaw Kie Siong.

Rumah pengasingan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa BaratFoto Bung Hatta dan Singgih di Rumah Pengasingan Rengasdengklok. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Bu Yanto menunjuk sebuah tulisan yang terbingkai rapi di dinding rumah. Tulisan itu dibuat Bung Hatta pada tahun 1974, saat kembali mengenang peristiwa 30 tahun silam.

"Sebentar berpose dengan Doktorandus Singgih, penculik saya, dan Almarhum Bung Karno, 30 tahun lalu ke Rengasdengklok. Suatu sumbangan yang merupakan satu jasa besar bagi terjadinya Proklamasi Kemerdekaan bangsa dan rakyat Indonesia, dan lahirnya Negara Pancasila Republik Indonesia," demikian bunyi pesan tangan Bung Hatta yang kini menjadi salah satu koleksi berharga Rumah Djiaw Kie Siong.

Singgih dalam foto itu berperan mengawal proses membawa kedua tokoh proklamator itu ke Rengasdengklok untuk memaksa percepatan kemerdekaan Indonesia.

Bagi Bu Yanto, pesan itu bukan sekadar kenangan, tapi juga pengingat bahwa di balik kisah dramatis penculikan, ada rasa hormat dan penghargaan yang mendalam terhadap para pemuda yang mendesak proklamasi segera dibacakan. Pesan itu sekaligus menjadi penetral ampuh kisah menggelikan soal kesalahpahaman makna penculikan Soekarno Hatta oleh para pemuda di masa lalu.




(upd/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads