Kronologi Penculikan Sukarno Hatta ke Rengasdengklok 16 Agustus 1945

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 15 Agu 2025 09:39 WIB
Rumah pengasingan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
Jakarta -

Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 menjadi momen penting proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sukarno dan Hatta diculik untuk mempercepat proklamasi.

Menjelang fajar 16 Agustus 1945, suasana Jakarta dipenuhi ketegangan. Sejumlah pemuda, dipimpin Sukarni, Chaerul Saleh, dan Doktorandus Singgih, membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Aksi itu, yang kelak dikenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok, menjadi titik balik mendesaknya proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan tanpa menunggu sidang PPKI.

Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan sehari kemudian, pada 17 Agustus 1945 di teras kediaman Sukarno, tepatnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Peristiwa bersejarah itu dilakukan pada pukul 10.00.

Momentum itu merupakan lanjutan peristiwa penting pada 15 Agustus 1945. Saat itu Jepang mengaku kalah dari pihak sekutu.

Kabar tersebut didengar oleh golongan muda seperti Sukarni, Wikana, dan Darwis. Golongan muda ingin proklamasi segera dilaksanakan tanpa melibatkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Merujuk Atlas Sejarah Indonesia Berita Proklamasi Kemerdekaan yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2018, berikut kronologi peristiwa Rengasdengklok.

15 Agustus

Kaisar Hirohito menyampaikan pidato Gyokuon-hōsō (Siaran Suara Kaisar) melalui Radio, yang berisi Perintah Kekaisaran tentang kapitulasi, sekaligus mengumumkan kepada rakyat bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Keputusan itu diambil sebagai buntut kondisi Jepang yang prak-poranda akibat bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) di Hiroshima yang menewaskan 78 .000 orang dan di kota Nagasaki.

Pada hari yang sama, Sukarno, Hatta, dan Mr . Ahmad Subarjo pergi ke Gunseikanbu atau kantor pusat pemerintahan militer Jepang yang dibentuk selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, tetapi tidak ada seorang pun pejabat di sana. Kemudian, Sukarno dkk pergi mencari informasi kepada Laksamana Maeda Tadashi, kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang.

Setelah itu, mereka bertiga pulang ke rumah masing-masing. Sebelum pulang, Hatta mengusulkan kepada Sukarno agar pada 16 Agustus 1945, anggota PPKI yang seluruhnya masih menginap di Hotel Des Indes untuk mengadakan rapat pada jam 10.00 di kantor Dewan Sanyo Kaigi di Pejambon.

PPKI dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 oleh Jepang untuk melanjutkan tugas BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. PPKI diketuai oleh Sukarno.

Sukarno menolak dan berkeras akan membicarakan hal ini lebih dulu dengan para wakil PPKI.

16 Agustus 1945

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB. Penolakan Sukarno itu menjadi latar belakang penculikan para tokoh negara itu. Mereka pun dibawa ke Rengasdengklok oleh golongan muda.

Golongan pemuda yang membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok dipimpin oleh anggota Pembela Tanah Air (PETA) Shodanco Singgih. Agar tidak dicurigai Jepang, Sukarno dan Hatta beserta para pengawal mengenakan seragam PETA.

Sukarno-Hatta dibawa ke rumah Djiauw Kie Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok. Djiauw Kie Siong merupakan seorang petani kecil keturunan Tionghoa. Selain Sukarno dan Hatta, turut dibawa serta Fatmawati dan Guntur Sukarnoputra.

Rumah pengasingan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Rengasdengklok dipilih sebagai lokasi karena dinilai aman. Rengasdengklok di masa itu merupakan tangsi Pembela Tanah Air (PETA) di bawah Purwakarta. Selain itu, terdapat Daidan PETA di Jaga Monyet Rengasdengklok.

Lokasinya pun terpencil, sekitar 20 km di arah utara Karawang, Jawa Barat, dekat Sungai Citarum sehingga jika ada gerakan Jepang ke arah sana, akan dapat segera terdeteksi.

Sukarno dan Hatta tak sampai 24 jam berada di Rengasdengklok. Pada sekitar pukul 18.00, Achmad Soebardjo datang menyusul Sukarno-Hatta. Dia datang atas perintah Gunseikan.

Soebardjo menjanjikan proklamasi kemerdekaan, jika dua tokoh tersebut dibawa pulang kembali ke Jakarta. Bahkan, ia menjadikan nyawa sebagai taruhannya.

Dia menjamin kemerdekaan bisa terlaksana pada 17 Agustus 1945 besok. Golongan muda pun menyepakati dan mengembalikan Sukarno-Hatta ke Jakarta.

Setibanya di Jakarta, Sukarno-Hatta bertandang langsung ke rumah Laksamana Muda Maeda Tadashi pada pukul 24.00. Mereka bermaksud menyiapkan rapat PPKI.

17 Agustus 1945

Rapat penyusunan teks Proklamasi dilakukan hingga dini hari di rumah Laksamana Muda Maeda Tadashi. Saat penyusunan naskah Proklamasi ini, Hatta berperan penting dan dipercaya Sukarno karena kemampuan bahasanya yang baik.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi berdiri anggun di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan ini masih mempertahankan gaya arsitektur Eropa abad ke-20. (Pradita Utama)

Hatta dan lainnya setuju jika kalimat pertama berbunyi "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia". Setelah isi teks disusun dan disetujui peserta yang hadir, naskah kemudian diketik oleh Sayuti Melik.

Naskah rampung dan peserta rapat setuju jika penandatanganan cukup diwakili oleh Sukarno dan Hatta. Rapat pun berakhir pukul 03.00.

Pembacaan naskah proklamasi pun dibacakan pada siang harinya yakni pukul 10.00 di rumah Sukarno, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.



Simak Video "Momen Kericuhan saat Relokasi Pasar Rengasdengklok Karawang!"

(fem/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork